Tiga Alasan Mengapa Karyawan Sering Terlibat Konflik di Kantor
Konflik adalah sumber pertumbuhan bagi individu dan organisasi. Konflik bisa berakibat baik atau buruk. Jika dikelola dengan buruk, sebuah konflik dapat merusak budaya perusahaan dan kerjasama tim.
Konflik membuat tim dan organisasi tetap hidup. Ketegangan yang muncul memaksa orang untuk beradaptasi, belajar, berinovasi dan berkembang.
Sayangnya sebagian besar organisasi dan pemimpin melihat konflik sebagai hal yang buruk. Mereka memilih sebuah kolaborasi yang ideal. Mereka berharap bahwa orang-orang selalu akur dan sepakat atas segala hal.
Sebuah perbedaan pendapat yang diatasi dengan positif. dapat memaksimalkan peluang yang ada dan memunculkan beragam peluang baru. Disonansi kognitif semacam ini membuat sebuah tim menjadi lebih pintar, demikian hasil dari suatu penelitian. Inovasi akan mendorong timbulnya beragam perspektif, ketrampilan dan pengalaman.
Untuk mengatasi konflik, kita mesti memahami hal-hal berikut ini:
⦁ Sebuah gesekan dapat menciptakan energi dan energi mendorong tumbuhnya kreativitas.
⦁ Kita dapat mencoba menghindari konflik, tetapi konflik tidak dapat dihindari. Ketegangan tidak bisa dihindari.
⦁ Berdebat adalah hal yang sangat baik jika hal itu dilakukan secara sehat. Pemimpin yang hebat berani menghadapi konflik, bukan menghindarinya. Mereka mengubah ketegangan itu menjadi sumber energi untuk pertumbuhan.
Keseimbangan antara penghargaan dan tantangan
“Kedamaian bukanlah tidak adanya konflik, tetapi kemampuan untuk mengatasinya,” demikian kata Mahatma Gandhi.
Diam adalah musuh bagi kerjasama tim. Sebanyak 85% orang tidak berani mengutarakan masalah yang penting kepada atasan mereka meskipun hal itu akan merugikan organisasi.
Bagaimana sebuah tim dapat berkembang jika para anggotanya tidak mau menyuarakan pendapatnya? Bagaimana sebuah perusahaan mampu berinovasi jika karyawannya menyimpan ide-ide terbaiknya untuk dirinya sendiri?
Mengelola beragam perspektif, konflik dan perbedaan pendapat bukanlah hal yang mudah. Tapi bersikap diam saja, akan menyebabkan lebih banyak kerugian dalam jangka panjang.
Lebih baik katakan saja apa yang sebenarnya kita pikirkan sambil memperhatikan karyawan kita. Temukan jalan tengah untuk menjaga perasaan karyawan dan menantang mereka.
Perhatian yang berlebihan kepada tim juga bisa berbahaya. Mereka perlu mendapat tantangan juga. Peran seorang pemimpin adalah membantu orang lain agar tumbuh. Hanya menghargai hal-hal yang baik saja sama buruknya dengan tidak peduli sama sekali.
Kim Scott dalam bukunya yang berjudul Radical Candor menjelaskan bahwa kita bisa mengelola konflik dengan memecahnya menjadi dua sumbu. Sumbu yang pertama adalah Tantangan Langsung dan yang kedua adalah Peduli Secara Pribadi.
Keterusterangan adalah mengatakan apa yang sebenarnya kita pikirkan sambil terus mempedulikan orang lain.
Kebanyakan orang gagal melakukan hal ini ketika mereka masuk dalam salah satu kuadran berikut:
1.Agresi
Agresi adalah salah satu sikap yang menjengkelkan terjadi ketika kita menantang seseorang untuk melakukan sesuatu tetapi dia tidak peduli. Bentuknya bisa berupa pujian yang tidak tulus atau kritik yang tidak disampaikan dengan baik. Agresi umumnya memicu pertahanan diri. Sedangkan umpan balik yang kita sampaikan terasa seperti siksaan, bukan sesuatu yang menyenangkan, bagi orang itu.
2.Empati
Empati yang merusak terjadi ketika kita ingin bersikap baik dengan tidak menantang orang lain. Kita biasanya memberikan pujian tanpa alasan yang jelas atau menutup-nutupi umpan balik. Empati yang merusak ini memunculkan ketidakpedulian. Orang lain menjadi tidak punya wawasan yang jelas untuk meningkatkan kepeduliannya.
3.Ketidaktulusan
Perasaan ketidaktulusan yang menipu terjadi ketika kita tidak peduli dengan orang lain atau tidak menantang mereka. Kita memuji orang lain tanpa alasan yang jelas. Kita mengkritik mereka secara menyakitkan. Tindakan ini menghidupkan akar-akar ketidakpercayaan yang selanjutnya akan mendorong pengkhianatan, agresivitas pasif dan perilaku merusak lainnya.
Bersikap terus terang adalah cara yang paling nyaman bagi kita untuk membantu orang lain agar tumbuh dengan cara yang positif dan penuh perhatian. Tindakan ini bisa mendorong orang lain keluar dari zona nyaman mereka dan tetap menghargainya. Dengan begitu, kita dapat mengatasi konflik yang muncul dengan cara yang sehat.
Sumber/foto : theladders.com/timetac.com
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS