Studi Oxford : Bermain Game Pada Saat Pandemi Justru Membuat Orang Semakin Bahagia
Pada saat awal merebaknya pandemi banyak negara melakukan pembatasan kegiatan fisik bagi penduduknya, mulai dari bepergian hingga kepada bekerja di kantor. Banyak orang kemudian terpaksa berdiam diri di rumah dalam hitungan bulanan dan mengerjakan segala sesuatunya dari rumah masing-masing. Hal ini berdampak pada semakin meningkatnya stres di kalangan pekerja.
Sebagian dari mereka kemudian mencoba meredamnya dengan melakukan berbagai kegiatan yang tidak banyak membutuhkan kontak fisik, dan mereka mempunyai pilihan yang sama yakni bermain game di komputer. Banyak orang kemudian mencoba bermain game, bahkan hal ini terjadi pula pada mereka yang tidak memiliki hobi bermain game.
Salah satu game yang paling populer yang dimainkan adalah “Animal Crossing: New Horizons,” yang dirilis di Nintendo Switch tepat pada saat pandemi mulai menjadi menyebar. The New York Times melaporkan bahwa angka penjualan game tersebut melesat tinggi sejak pertamakali diperkenalkan kepada umum pada 2001.
Banyak orang kemudian mulai menyukai permainan ini guna mencari ‘pelarian’ ketika masa sulit membuat mereka harus tetap tinggal di rumah. Sebagian besar dari mereka menyebutkan bahwa bermain game memiliki efek teraupetik dan menghibur. Bahkan pada banyak kasus bermain game ini membuat mereka ‘lebih terhubung’ dengan pemain lain yang berada di luar perkiraan mereka.
Beberapa ahli dari Universitas Oxford menyebutkan bahwa hal seperti ini wajar dilakukan oleh sebagian besar orang ketika mereka berada dalam sebuah kondisi sulit, dan melakukan hal tersebut akan membaut mereka merasa lebih nyaman. Serta memberika dampak positif bagi kesehatan mental.
Menurut para peneliti dari Universitas Oxford melakukan penelitian pada dua game populer — “Plants vs Zombies: Battle for Neighborville” dan “Animal Crossing: New Horizons” — menemukan bahwa memainkan game ini (dan game lainnya) menciptakan pengalaman sosial dengan orang lain dan membuat orang merasa lebih bahagia.
Andrew Pryzbylski, Direktur Penelitian di Oxford Internet Institute, dan penulis utama studi tersebut menyatakan penelitian sebelumnya mengandalkan terutama pada survei laporan diri untuk mempelajari hubungan antara bermain dan kesejahteraan. Tanpa data objektif dari perusahaan game, mereka yang mengusulkan saran kepada orang tua atau pembuat kebijakan telah melakukannya tanpa manfaat dari basis bukti yang kuat/
“Temuan kami menunjukkan video game tidak selalu buruk bagi kesehatan Anda; ada faktor psikologis lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan seseorang. Faktanya, bermain bisa menjadi aktivitas yang berhubungan positif dengan kesehatan mental orang – dan mengatur video game dapat menahan manfaat tersebut dari pemain,” jelasnya.
Meskipun sejak lama bermain video game cenderung mendapatkan reputasi buruk karena dampaknya terhadap kesehatan mental sebagian besar orang, namun setidaknya dalam penelitian yang melibatkan dua produsen game Electronic Arts dan Nintendo of America serta 2.756 orang responden memperlihatkan bahwa para pemain game tersebut merasakan peningkatan rasa ‘kepuasan’, ‘motivasi diri’ hingga kepada adanya membaiknya rasa ‘penerimaan’ dari orang lain.
Banyak orang yang mengaku bahwa mereka bermain game selama pandemi dengan alasan yang membuat mereka merasa lebih baik, penelitian tersebut mendukung klaim tersebut. Jumlah waktu bermain memiliki faktor positif dalam kesejahteraan orang, sementara mereka yang memiliki pengalaman bermain game yang baik juga dilaporkan merasa lebih baik.
Perlu dicatat bahwa kedua permainan ini sangat mistis dibandingkan dengan yang lain, dan penelitian ini hanya terfokus pada dua permainan ini. “Animal Crossing: New Horizons” berfokus pada desa simulasi dengan hewan yang meniru dunia nyata, sementara “Plants vs Zombies” adalah game strategis pertahanan.
“Kami optimis bahwa kolaborasi semacam ini akan memberikan bukti yang diperlukan untuk memajukan pemahaman kita tentang permainan manusia dan memberikan wawasan kepada pembuat kebijakan tentang bagaimana mereka dapat membentuk, baik atau buruk, kesehatan mental seseorang,” tulis para peneliti.
Sumber/foto : theladders.com/news.byu.edu
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS