Studi Mengungkapkan Karyawan Memiliki Ketrampilan Digital akan Mampu Meningkatkan Perekonomian Negara
Hidup di era digital tentunya semakin mempermudah setiap orang dalam melakukan aktivitasnya. Bahkan ini sangat dirasakan oleh mereka yang memiliki pekerjaan, baik di kantor ataupun perusahaan milik mereka sendiri. Hal ini kemudian menimbulkan adanya sebuah standar baru mengenai kemampuan ataupun kompetensi seseorang ketika bekerja. Banyak perusahaan selanjutnya mulai menerapkan standar tersebut bagi semua pegawainya.
Teknologi digital pada saat ini telah berkembang pesat dan mengubah bisnis dan perekonomian di seluruh dunia, yang pasti memiliki pengaruh pada cara orang bekerja, dan pada gilirannya, keterampilan yang dibutuhkan pencari kerja untuk menyesuaikan keterampilan mereka. Oleh karena itu, tempat kerja digital telah menjadi bagian inti dari pengalaman kerja di banyak organisasi terutama di Asia.
Contoh utama yang baik adalah Hong Kong. Amazon Web Services (AWS), sebuah perusahaan Amazon.com, baru-baru ini merilis penelitian baru yang menunjukkan bahwa karyawan dengan tingkat keterampilan digital dasar hingga lanjutan di Hong Kong meningkatkan produk domestik bruto (PDB) tahunan kota tersebut sebesar US$47,5 miliar.
Karyawan yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan teknologi digital – termasuk mengoperasikan layanan cloud atau pengembangan perangkat lunak – berkontribusi sekitar US$5,4 miliar terhadap PDB Hong Kong. Hal ini disebabkan oleh gaji 58% lebih tinggi yang diperoleh karyawan ini dibandingkan dengan mereka yang tidak kemampuan dalam menggunakan teknologi digital di tempat kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh AWS Hong Kong Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce,” bekerjasama dengan Gallup Inc, sebuah perusahaan analitik, menyebutkan tentang keuntungan memiliki kemampuan teknologi digital dalam proses membangun tenaga kerja bagi karyawan , organisasi, dan ekonomi.
Dari lebih 300 responden terlibat dalam penelitian di Hong Kong dari berbagai organisasi dan industri sektor publik dan swasta. Studi tersebut mengklasifikasikan keterampilan digital dasar sebagai kemampuan untuk menggunakan email, pengolah kata, perangkat lunak produktivitas kantor lainnya, dan media sosial. Keterampilan digital menengah meliputi desain situs web lewat aplikasi, pemakaian aplikasi analisis data. Sedangkan keterampilan digital tingkat lanjut mencakup ketrampilan pengelolaan layanan dan pemeliharaan data lewat aplikasi cloud, pengembangan perangkat lunak atau aplikasi, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning.
Studi tersebut menemukan bahwa karyawan digital tingkat lanjut di Hong Kong mendapat manfaat lebih dari sekadar penghasilan bulanan mereka. Rata-rata karyawan dengan keterampilan digital tingkat lanjut memperoleh penghasilan 58% lebih banyak daripada karyawan serupa yang tidak menggunakan keterampilan digital, yang berarti keuntungan individu sebesar USD $19.699. 50% karyawan di Hong Kong yang menggunakan keterampilan digital tingkat lanjut mengungkapkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, dibandingkan dengan 26% dengan keterampilan menengah dan 36% dengan keterampilan digital dasar.
Demikian pula, pemberi kerja yang sangat bergantung pada karyawan canggih yang terampil secara digital, teknologi digital, dan teknologi cloud menuai pertumbuhan dan inovasi bisnis yang lebih tinggi. Studi tersebut menemukan bahwa 65% organisasi yang maju secara digital di Hong Kong memperkenalkan produk baru yang inovatif dalam dua tahun terakhir, dibandingkan dengan 51% dari rekan mereka yang kurang digital.
57% organisasi Hong Kong yang menjalankan sebagian besar bisnisnya di cloud melaporkan pertumbuhan pendapatan tahunan yang stabil sebesar 10% atau lebih, dibandingkan dengan 30% organisasi yang menggunakan cloud untuk beberapa bisnisnya. Studi ini juga menunjukkan bahwa perusahaan di Hong Kong yang menjalankan sebagian besar bisnisnya di cloud membanggakan tingkat inovasi 35 poin persentase lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan cloud untuk sebagian bisnisnya atau tidak menggunakannya sama sekali (84% vs. 49%) .
Dengan banyaknya organisasi yang kini bersiap menghadapi tantangan masa depan digital, studi Gallup mengamati 10 teknologi baru termasuk AI, edge and quantum computing, blockchain, dan cryptocurrency. 58% pemberi kerja di Hong Kong mengatakan setidaknya satu dari teknologi ini kemungkinan akan menjadi bagian standar dari operasi bisnis mereka di masa depan, dengan peringkat tertinggi 5G dan Kecerdasan Buatan sebesar 36% dan 28%.
“Orang-orang di Hong Kong semakin digital, mulai dari cara mereka bekerja hingga cara hidup mereka. Penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan digital memberikan nilai ekonomi yang sangat besar bagi Hong Kong pada tingkat individu, organisasi, dan ekonomi makro,” ujar Ekonom Utama Gallup, Dr. Jonathan Rothwell.
“Seiring dengan semakin banyak organisasi memindahkan TI mereka ke cloud selama dekade berikutnya dan teknologi baru muncul, digitalisasi akan memicu banyak pekerjaan baru. Peluang bagi Hong Kong untuk menjadi kompetitif dalam ekonomi digital bergantung pada memiliki tenaga kerja yang kuat dan terampil untuk mendukung inovasi saat ini dan masa depan.”
Ada tantangan dalam memenuhi persyaratan ini. 77% pemberi kerja Hong Kong yang disurvei melaporkan bahwa mereka ingin mengisi lowongan yang membutuhkan keterampilan digital, tetapi 72% mengatakan sulit untuk menemukan talenta yang mereka butuhkan. Hambatan yang mungkin terjadi adalah 31% organisasi Hong Kong lebih memilih gelar sarjana, bahkan untuk staf TI tingkat pemula.
Namun, banyak yang mulai menyadari bahwa menerima sertifikasi industri dapat meringankan tantangan perekrutan mereka. 69% pemberi kerja mengatakan bahwa sertifikasi digital atau kursus pelatihan merupakan pengganti gelar sarjana yang dapat diterima.
Studi yang sama juga dilakukan di Malaysia, dengan pekerja yang menggunakan keterampilan digital tingkat lanjut mendapat manfaat lebih dari sekadar peningkatan pendapatan. Studi tersebut menyoroti bahwa 74% pekerja yang menggunakan keterampilan digital tingkat lanjut mengungkapkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, dibandingkan dengan 55% pekerja dengan keterampilan menengah dan 54% pekerja dengan keterampilan digital dasar.
Menurut Dr. Rothwell, Malaysia memiliki peluang untuk meraih manfaat ekonomi yang sangat besar dari membangun jaringan talenta cloud yang kuat untuk mendukung transformasi digital yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Dengan ini, dengan percepatan transformasi digital bisnis dan lembaga pemerintah tidak hanya di Asia tetapi juga di seluruh dunia, studi tersebut mencatat bahwa permintaan akan pekerja digital tingkat lanjut akan tetap kuat di tahun-tahun mendatang.
Su,ber/foto : hrmasiamedia.com/tiled.co
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS