Pentingnya Membangun Employee Experience Dalam Organisasi
Employee experience atau pengalaman karyawan di era digital pada saat ini menjadi semakin kompleks, ini akibat nyaknya komponen talent dan sumber daya manusia. Serta adanya karyawan dari berbagai generasi, baik yang sudah berpengalamana maupun yang baru dengan segala kreativitas dan inovasinya masuk ke dalam organsiasi. Hal tersebut disampaikan Bagus Darmawan, Chief of Talent PT Bukalapak.com pada saat ditemui Redaksi Intipesan pada Selasa (18/2) di Hotel Aryaduta Jakarta.
Lebih jauh dirinya juga menjelaskan bahwa employee experience atau EX itu secara dasar, adalah seluruh proses di dalam organisasi yang terkait dengan pengelolaan SDM atau people management.
“Jadi proses ini berawal dari depan pada saat hiring, dimulai ketika attracting people agar mau masuk ke dalam organsiasi. Sampai kemudian talent masuk ke dalam organisasi kita, dan kemudian berlanjut kepada proses selanjutnya,” ungkap Bagus.
Menurutnya EX sendiri bukan hanya aktivitas, kegiatan atau sekadar alat dan teknologi, tetapi suatu proses menyeluru. Dimana seluruh proses tersebut terdapat touch point antara perusahaan dan karyawan yang diperhatikan dengan baik. Juga dibuat suatu strategi, sehingga karyawan mempunyai pengalaman yang baik dan luar biasa pada saat interaksi, melakukan transaksi maupun berkomunikasi, baik dengan sesama rekan kerja maupun seluruh komponen yang ada di dalam organisasi.
Pada saat ini EX tidak akan dapat terlepas dari ekosistem tersendiri, namun harus dibangun oleh suatu perusahaan.
“Jadi bukan hanya aktivitas saja, tetapi juga meliputi beberapa aspek yang ada,” ungkapnya.
Bagus menambahkan bahwa ada beberapa alasan kenapa EX menjadi penting bagi karyawan, khususnya di era digital. Pertama, adanya dukungan physical empowerment, yaitu empower fisik yang harus mendukung karyawan sehingga mereka bisa mendapatkan pengalaman yang baik. Contohnya, seperti pengaturan ruang kerja yang lebih fun, seru dan kolaboratif. Karena era digital ini membutuhkan kolaborasi yang tingkatannya lebih tinggi dan lebih intens.
Kemudian contoh lain adalah pentingnya peran teknologi atau tools yang digunakan dalam mengelola karyawan sehingga bisa membuat karyawan bisa berintraksi dan berkomunikasi dengan lebih efektif. Hal ini juga mempunyai peran yang penting karena menjembatani adanya perbedaan generasi yang sangat luas.
Kemudian terdapatnya angkatan tenaga kerja yang ada di dalam perusahaan, dan didominasi oleh generasi muda yang mempunyai berbagai kemudahan untuk mengakses informasi. Khususnya didukung dengan teknologi.
“Jadi kalau kita tidak memberikan employee experience berbasis teknologi teknologi, yang juga didukung oleh digital itu agak naif rasanya. Karena employee khususnya generasi-generasi yang baru itu akan melihat teknologi dan digitalisasi ini, menjadi salah satu aspek penting untuk mempermudah kerja mereka”, jelasnya.
Aspek lainya adalah learning, culture dan purpose, yang harus dibangun untuk memberikan employee experience yang lebih baik.
“Jadi employee experience menjadi sesuatu yang holistik, bukan hanya sebuah aktivitas atau sekadar teknologi,” jelasnya.
Meskipun begitu, dirinya juga tidak memungkiri bahwa dalam membangun EX banyak terdapat tantangan-tantangan yang ahrus dihadapi. Tantangan tersebut adalah komitmen. Oleh karena itu Bagus menekankan pentingnya komitmen dari top manajemen maupun seluruh komponen di organisasi, termasuk bagaimana cara organisasi meyakinkan karyawan akan pentingnya EX tersebut.
Kedua, seiring dengan berkembang dan tumbunya bisnis, tentu pemimpin maupun karyawan ingn mengelola organisasi lebih efisien, juga masalah pendanaan untuk program-program atau ekosistem yang harus dibagun terkait dengan employee experience harus disiapkan.
“Tapi saya mengatakan bukan berarti employee experience strategy atau program itu harus membutuhkan budget yang besar, karena kita tetap bisa mengelolanya dnegan efektif dan efisien dengan kalau kita tahu apa sebetulnya yang dibutukan oleh organisasi dan karyawan. Sehingga program-program yang dibuat bisa lebih tepat sasaran. Jadi bukan hanya sekadar mengeluarkan biaya besar, tetapi malah tidak memberikan pengalaman yang baik bagi karyawan kita,” tuturnya.
Banyak mekanisme yang bisa digunakan untuk mencari tahu hal tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan cara melakukan employee survei di dalam organisasi.
“Meminta pendapat dari top manajemen, feedback dan masukan secara berkala pada karyawan, sehingga para pemimpin akan selalu tahu apakah langkah yang dilakukan sudah tepat sasaran atau tidak. Bahkan sebenarnya kita harus sudah mempunyai program-program baru, untuk bisa meningktakan employee experience bagi karyawan kita,” tutupnya.(Artiah)
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS