Pandemi Semakin Memperlebar Kesenjangan Diantara Para Pekerja
Pandemi Covid19 yang berkepanjangan ternyata tidak hanya berdampak pada semakin meluasnya penggunaan teknologi dalam bekerja, namun juga semakin memperlebar kesenjangan diantara pekerja itu sendiri. Setidaknya hal tersebut disampaikan oleh Korea Small Business Institute dan Statistics Korea. Mereka juga meyakini bahwa kondisi seperti ini juga berlaku di semua negara di seluruh dunia.
Menurut hasil penelitian mereka jumlah orang yang bekerja di negara itu pada Januari mencapai 25,81 juta, turun sekitar 982.000 dari tahun sebelumnya. Penurunan paling tajam terjadi pada usaha kecil dan menengah dengan kurang dari 300 karyawan, di mana populasi pekerja turun sebesar 1,1 juta selama periode yang sama. Jumlah karyawan UKM terus menurun sejak Maret tahun lalu, ketika negara itu dilanda gelombang virus korona nasional pertama.
Angka tersebut, yang berfluktuasi sepanjang tahun tergantung pada situasi epidemi, melonjak selama dua bulan terakhir tahun lalu – dari 343.000 pada November menjadi 736.000 pada Desember – dan melampaui level 1 juta pada Januari. Yang mendapat pukulan terberat adalah sektor jasa, terutama operator restoran dan penginapan yang menghadapi penghentian sementara atau pembatasan jam operasional selama periode jarak sosial yang ditingkatkan.
Namun demikian konglomerat tidak menganggap krisis epidemi sekeras bisnis skala kecil, data menunjukkan. Jumlah dari mereka yang bekerja di perusahaan dengan 300 atau lebih staf mencapai 2,74 juta di bulan Januari, naik 123.000 dari tahun sebelumnya. Angka terbaru ini juga menandai kenaikan terbesar dalam setahun sejak 151.000 yang diamati pada Februari tahun lalu.
Menurut mereka sektor UKM akan terus menghadapi situasi ketenagakerjaan yang lesu sepanjang Februari dan Maret, karena beban keuangan yang berkepanjangan. untuk itu organisasi Korea Small Business Institute mendesak pemerintah untuk suntikan fiskal ekspansif selama paruh pertama tahun ini. Tidak hanya negara ini menghadapi kesenjangan yang semakin lebar antara konglomerat dan UKM, tetapi juga terbebani oleh peningkatan populasi yang tidak aktif secara ekonomi dan penurunan kualitas pekerjaan, data terpisah menunjukkan.
Sementara jumlah pekerja tetap – dengan 36 jam kerja atau lebih per minggu – turun 1,2 juta per tahun, jumlah pekerja tidak tetap dengan jam kerja terbatas atau tidak stabil meningkat 554.000 selama periode yang sama. Saat itulah Presiden Moon Jae-in menyuarakan keprihatinan tentang pasar kerja negara dan mendorong pemerintah serta lembaga publik untuk memperluas lapangan kerja.
Situasi ketenagakerjaan yang lesu ini akan sampai pada batas tertentu yang tidak terhindarkan, karena penyebaran COVID-19 dan tindakan karantina yang semestinya, tetapi sangat menyakitkan dalam hal mata pencaharian masyarakat,” kata Moon pada pertemuan Kabinet yang diadakan di Cheong Wa Dae.
Menurutnya pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga publik akan bekerja sama untuk menciptakan 900.000 atau lebih lapangan kerja langsung pada kuartal pertama. Namundemikian dirinya juga menegaskan kembali dorongan sebelumnya untuk revitalisasi pasar kerja. Namun beberapa pengamat menambahkan bahwa gagasan pemerintah untuk menambah pekerjaan di sektor publik mungkin hanya berdampak terbatas.
“Sasaran berkelanjutan seharusnya menciptakan pekerjaan berkualitas di pasar dengan mengurangi peraturan yang berlebihan dan memperbaiki lingkungan bisnis,” kata Choo Kwang-ho, kepala penelitian di The Korea Economic Research Institute.
Sumber/foto : hrmasiamedia.com