Lima Langkah Mudah Mengatasi Multi Generation Gap di Tempat Kerja
Kemajuan teknologi ternyata telah banyak membawa perkembangan positif di dunia kerja, mulai dari semakin mudahnya bekerja secara online tanpa harus datang ke kantor hingga kepada bervariasinya generasi dalam sebuah tempat kerja. Semakin banyaknya perusahaan yang memiliki karyawan dari berbagai generasi ini, adalah sebagai akibat dari inovasi teknologi yang banyak menciptakan industri baru, dan model bisnis yang benar-benar berbeda dari sebelumnya.
Akibatnya fenomena tenaga kerja multi generasi sudah semakin banyak dijumpai di berbagai negara, termasuk pula di Jakarta. Untuk itu sangat penting bagi setiap perusahaan agar segera beradaptasi dengan tren multi generasi ini, jika tidak maka mereka akan mengalami hambatan dalam hal produktivitas, kepuasan kerja dan retensi yang signifikan bagi para pekerja dari lintas generasi tersebut.
Bertemunya empat golongan pekerja dari Generasi Z (Millennial) , Generasi Y, Generasi X dan Baby Boomer membawa permasalahan tersendiri, karena diantara kelima generasi tersebut terdapat perbedaan kesenjangan tingkat literasi digital diantara mereka. Selain itu juga terdapat perbedaan budaya kerja yang dianut oleh setiap generasi. Karena setiap generasi selalu membawa serta ketrampilan mereka yang unik, gaya kepemimpinan, keseimbangan keseimbangan kehidupan kerja yang mereka yakini sendiri.
Selain itu juga masing-masing generasi pekerja sikap komunikasi tersendiri, yang dibentuk oleh referensi sejarah, kondisi ekonomi dan budaya populer yang mereka terima di masyarakat. Dengan keanekaragaman ini di satu bisa menguntungkan bagi perusahaan, dan bahkan mampu menumbuhkan kreativitas dan memperluas cara pandang dalam mencari solusi pemecahan sebuah masalah.
Namun demikian dengan adanya perbedaan diantara generasi tersebut, telah membuat para eksekutif HR harus bekerja keras menjembatani perbedaan tersebut. Agar mereka semua bisa merasa terpenuhi semua keinginannya, dan mendapatkan perlakuan yang sama. Walaupun sebenarnya berasal dari generasi yang berbeda. Dalam hal ini timbulnya kemungkinan konflik diantara mereka juga semakin besat.
Untuk menghindari konflik yang timbul dalam organisasi ataupun menurunnya kinerja sebagai alibat dari perbedaan tersebut, maka setiap perusahaan harus menyadari semua hal yang berkaitan dengan nilai-nilai, kekuatan, motivasi dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap generasi tersebut ketika bekerjasama.
Sebagai contoh misalnya pada generasi pekerja Baby Boomers banyak memiliki pengetahuan mengenai industri, dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap teknologi di sepanjang karir mereka. Kemudian muncul Generasi Millennial yang mempunyai pendekatan berbeda dalam bekerja, dengan tingkat ketergantungan tinggi pada teknologi sebagai alat utama penunjang kerja. Perbedaan dari kedua generasi ini sebenarnya perlu menjadi pertimbangan bagi perusahaan, dalam mengembangkan pendekatan adaptif untuk melakukan training bagi karyawan. Ataupun ketika memperkenalkan dan mengembangkan teknologi baru di tempat kerja.
Hambatan lain yang mungkin timbul adalah anggapan Generasi Millennial yang kurang menyetujui konsep kerja tradisional pada satu lokasi tertentu saja. Karena menurut mereka bekerja bisa dari mana saja, selama mereka terhubung melalui bantuan teknologi atau lebih dikenal dengan sikap mental work anywhere. Selain itu generasi ini juga cenderung menyukai solusi yang lebih kolaboratif, fleksibel dan cepat.
Kemudian ada lagi pekerja dari generasi pasca millennial atau yang lebih dikenal dengan Generasi Z yang lahir antara 1997-2010. Generasi ini sekarang membentuk 30% populasi penduduk dunia, dan pada tahun ini sebagian besar dari mereka telah mulai memasuki dunia kerja. Gen Z memiliki konektivitas yang tinggi terhadap teknologi, lebih tinggi daripada yang dipunyai oleh Gen Millennial serta well connected setiap waktu. Untuk itu perusahaan yang mempekerjakan mereka perlu memahami, bagaimana perangkat teknologi memainkan bagian penting dari kehidupan generasi ini.
Sehingga secara khusus perusahaan yang ingin menjaga kelangsungan bisnis mereka dan tanggap dalam melihat setiap kesempatan untuk maju, harus dapat menjembatani setiap perbedaan yang ada diantara generasi pekerja tersebut.
Untuk itu terdapat beberapa cara dalam meningkatkan produktivitas mereka, walaupun terbagi dalam beberapa generasi yang berbeda. Caranya adalah dengan
1. Mengintegrasikan teknologi dan pelatihan untuk semua generasi pekerja
Dengan tim antar generasi hadir di tempat kerja, dengan keahlian dan ciri khasnya masing-masing, maka teknologi yang ada harus digunakan untuk mendukung produktivitas mereka. Terlepas dari gaya kerja dari setiap generasi. Untuk memastikan semua karyawan dapat sepenuhnya memaksimalkan teknologi ini, perusahaan harus menawarkan sesi pelatihan yang menarik bagi semua gaya belajar. Seperti pelaksanaan training secara aktif, kursus e-learning dan bahkan program mentoring peer-to-peer.
2. Mempromosikan fleksibilitas
Mempromosikan gaya kerja yang berbeda akan memungkinkan perusahaan mendapatkan hasil maksimal dari semua karyawan, tidak peduli di mana dan bagaimana mereka bekerja. Memperkenalkan fleksibilitas dalam teknologi dan kondisi kerja, juga akan memungkinkan perusahaan menciptakan tenaga kerja inklusif yang lebih produktif dan progresif.
3. Menciptakan ruang kerja digital
Dengan adanya fleksibilitas kerja yang tinggi, maka keamanan juga harus diperhatikan secara teiliti. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan karyawan mereka dalam mengakses dokumen secara aman. Termasuk pula akses pada data dan jaringan perusahaan mereka dengan mudah, namun dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Pekerja dari setiap generasi tentunya memiliki pendekatan tersendiri dalam mencari solusi yang terkadang timbul, sebagai akibat upaya perusahaan dalam mempermudah akses digital mereka.
4. Memperkuat komunikasi
Dalam memahami perbedaan cara bekerja dari setiap generasi karyawan dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi digital, akan dapat membantu mereka secara lebih baik dalam membangun komunikasi dan rasa saling percaya diantara anggota tim. Dengan mengadakan traning bersama secara berkala dengan tim maka akan dapat mendorong tingkat dialog yang lebih besar, dan mengeliminasi stereotip yang lama tentang problem generation gap.
5. Mengoptimalkan lingkungan kerja
Dalam memfokuskan pada pekerjaan yang akan terjadi dan beradaptasi dengan segala kemungkinan yang ada dari setiap generasi dalam perusahaan, para pelaku bisnis harus mempertimbangkan bagaimana cara mengoptimalkan lingkungan kerja. Bisnis yang mempertimbangkan area kerja digital dapat diarahkan untuk mendorong produktivitas, terlepas dari pertimbangan lokasi, perangkat atau jaringan. Dengan mengoptimalkan tampilan fisik di ruang kerja, tentunya juga akan mampu meningkatkan optimasi kinerja mereka.
Sumber/foto : forbes.com/Adobe Stock Photo
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS